Tag Archives: X3 Pro

[Review] Poco X3 Pro: Smartphone Murah untuk Bermain Game

Saat ini banyak sekali smartphone yang diklaim mampu menjalankan game-game kelas berat. Padahal, perangkat tersebut menggunakan system on chip yang bisa dikatakan dibuat untuk smartphone mainstream dan bahkan entry level. Namun berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Poco. Saat ini, Poco X3 Pro merupakan smartphone mainstream yang menggunakan chipset flagship.

Smartphone mainstream mengindikasikan bahwa Poco X3 Pro diposisikan pada rentang harga tersebut. Akan tetapi, Poco menggunakan SoC baru rasa lama dari Qualcomm yang pernah memberikan tenaga untuk smartphone-smartphone flagship. Poco pertama kalinya menggunakan SoC Snapdragon 860 pada smartphone mereka pada X3 Pro.

Snapdragon 860 merupakan saudara kembar dari Snapdragon 855+ yang pernah digunakan pada smartphone-smartphone gaming dengan harga 8 hingga 10 jutaan. Xiaomi sendiri menegaskan bahwa lini Poco memang dibuat khusus untuk memberikan performa tinggi pada harga yang terjangkau.

Jika dibandingkan dengan saudaranya, Poco X3 NFC, perangkat ini juga memiliki kemiripan dari segi desainnya. Akan tetapi jika melihat dari spesifikasinya, keduanya terlihat cukup berbeda. Ada beberapa bagian pada Poco X3 NFC, seperti kamera, yang lebih unggul dibandingkan dengan Poco X3 Pro. Namun dari segi kinerja, Poco X3 Pro memang lebih unggul.

Spesifikasi lengkap dari Poco X3 Pro yang saya dapatkan adalah sebagai berikut

Poco X3 Pro
SoC Snapdragon 860
CPU 1×2.96 GHz Kryo 485 Gold + 3×2.42 GHz Kryo 485 Gold + 4×1.78 GHz Kryo 485 Silver
GPU Adreno 640
RAM 8 GB LPDDR4x
Internal 256 GB UFS 3.1
Layar 6,67 inci Super AMOLED 2400 x 1080 120 Hz
Dimensi 165.3 x 76.8 x 9.4 mm
Bobot 215 gram
Baterai 5160 mAh dengan pengisian 33 watt
Kamera 48 MP / 12 MP utama, 8 MP Ultrawide, 2 MP Macro, 2 MP Depth, 20 MP Selfie
OS Android 11 MIUI 12 POCO

Pemindaian yang dilakukan pada CPU-Z, AIDA 64, dan Sensor Box adalah seperti di bawah ini

Pada beberapa aplikasi, SoC yang digunakan pada Poco X3 Pro masih terdeteksi sebagai Snapdragon 855+. Keduanya memang sebenarnya kembar. Hal ini terjadi karena CPU-Z belum mengenali karakteristik dari Snapdragon 860. Sebaliknya, AIDA-64 sudah bisa mengenali SoC yang satu ini dengan akurat.

Unboxing

Inilah yang akan ditemukan pada paket penjualannya. Charger yang diberikan oleh Xiaomi pada paket penjualan Poco X3 Pro memiliki kemampuan untuk menghantarkan daya hingga 33 watt.

Desain

Seperti yang sudah saya tuliskan di atas, perangkat yang satu ini seperti saudara kembar dari Poco X3 NFC. Jika diletakkan bersebelahan, maka saya yakin kita tidak bisa membedakan antara keduanya karena desain kameranya sama persis, yaitu bundar berada di tengah. Logo Poco juga tertulis cukup besar pada bagian belakang bawahnya. Warna yang saya dapatkan adalah Metal Bronze.

 

Layar Poco X3 Pro memiliki resolusi 2400×1080 pada layar dengan dimensi 6,67 inci ini serta memiliki refresh rate 120 Hz. Smartphone ini sudah menggunakan layar dengan jenis Super AMOLED dan dilindungi dengan Gorilla Glass 6 sehingga lebih tahan terhadap goresan serta benturan. Hal ini lah yang membedakannya dengan X3 NFC yang masih menggunakan Gorilla Glass 5.

Pada bagian belakangnya akan ditemukan sebuah ruang bundar dengan empat buah kamera dan sebuah LED Flash. Kamera utama dengan 48 MP berada pada sisi kanan atas dan LED berada pada kiri atas. Kamera ultrawide ada pada bagian tengah dari bundaran ini. Kamera makro ada pada sebelah kiri bawah dan diseberangnya adalah depth sensor.

Pada bagian atasnya ditemukan sensor inframerah, microphone, dan speaker tambahan untuk menyajikan suara stereo. Volume naik dan turun serta tombol power yang juga merupakan pemindai sidik jari diletakkan pada sisi sebelah kanan. Dan pada bagian bawahnya terdapat slot USB-C, speaker,  port audio 3,5mm, serta microphone utama. Slot nano SIM serta microSD (slot hibrid) terletak pada bagian kirinya.

Karena kembar dengan Poco X3 NFC, X3 Pro juga memiliki masalah yang sama. Bagian belakang dari Poco X3 NFC dan X3 Pro akan bergetar cukup keras saat pengguna mendengarkan musik dengan kedua speaker-nya. Walaupun sebenarnya tidak terlalu mengganggu, namun beberapa orang akan merasa tidak suka. Menggunakan case bawaan akan sedikit meredam getaran tersebut.

Unit yang saya dapatkan sudah memakai MIUI untuk Poco versi 12.0.3. Sistem operasi yang digunakan sudah memakai Androi 11 R. Bagi pengguna Xiaomi, Anda tidak akan bingung saat menggunakannya karena MIUI untuk Xiaomi dan Poco hampir tidak ada bedanya, hanya pemilihan default untuk tema dan app drawer. Jadi, semua itu dapat diatur langsung dari setting-nya.

Jaringan

Poco X3 Pro menggunakan SoC yang ditujukan untuk perangkat pada kelas flagshipSystem on Chip ini sendiri menggunakan modem X24 yang sudah masuk dalam Catergory 20. Modem ini telah mendukung Carrier Aggregation hingga 7 koneksi. Secara teoritis, kecepatan download dari modem ini bisa mencapai hingga 2000 Mbps.

Smartphone ini sudah mendukung bandwidth 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 20, 28, 38, 40, dan 41 untuk jaringan 4G. Perlu diingat bahwa perangkat ini belum bisa terkoneksi pada jaringan 5G. Modemnya sendiri sudah mendukung jaringan WiFi 5 GHz dengan 802.11ac dan tentunya akan cukup kencang saat melakukan transfer data secara nirkabel serta akan mendapatkan kecepatan tinggi saat menjelajah internet.

Kamera: 48 MP hasil trade-off SOC kencang

Alvin Tse selaku Country Director Xiaomi Indonesia selalu mengatakan bahwa dalam meramu spesifikasi, selalu ada yang diunggulkan dan juga dikorbankan (trade off). Pada Poco X3 NFC, kamera yang digunakan memiliki sensor 64 MP dan pada X3 Pro sensornya “hanya” 48 MP. Namun pada Poco X3 Pro, sensor yang terpasang adalah buatan Sony dengan IMX 582 yang tidak mendukung perekaman 4K 60 fps.

Sony IMX 582 juga memiliki fitur quad bayer. Hal ini berarti bahwa saat fitur tersebut dinyalakan, hasil tangkapan kamera akan memiliki resolusi 12 MP. Saat dimatikan, semua piksel akan mengambil gambar, sehingga hasil foto akan memiliki resolusi 48 MP. Gambarnya akan menjadi lebih besar, namun hasilnya mungkin tidak akan sebaik saat menggunakan 12 MP.

Kamera utamanya dapat menangkap gambar pada siang hari dengan apik. Warnanya cukup akurat, tingkat noise cukup rendah, dan ketajamannya yang cukup baik. Walaupun begitu, beberapa kali algoritma pengurang noise-nya sedikit menghilangkan detail gambar. Namun, trade off yang diambil Poco sepertinya tidak terlalu mengecewakan.

Kamera ultrawide pada Poco X3 Pro ternyata dapat mengambil gambar dengan cukup baik. Hasil yang tertangkap ternyata cukup tajam dan memiliki noise yang cukup rendah. Warnanya juga cukup akurat saat dibandingkan dengan aslinya. Walaupun begitu, dengan resolusi 8 MP belum tentu bisa memuaskan semua orang.

Kamera makro yang terpasang mungkin akan membuat pengguna (termasuk saya) kecewa. Dengan resolusi hanya 2 MP, mungkin hanya akan menjadi bagus pada saat ingin melihat tulisan-tulisan yang kecil. Hasil gambarnya tidak terlalu tajam dan sering melewatkan beberapa detail gambar.

 

Untuk penggemar swafoto, ternyata mengambil gambar sendiri pada Poco X3 Pro bisa cukup terpuaskan. Hal tersebut dikarenakan detail gambar yang diambil cukup baik. Akan tetapi, hasilnya terasa kurang kontras sehingga warnanya agak sedikit lebih pudar.

Pengujian

Poco X3 Pro menggunakan Snapdragon 860 yang saat ini mungkin menjadi chipset 4G terkencang. Snapdragon 860 sendiri merupakan saudara kembar dari Snapdragon 855+ yang digunakan pada beberapa smartphone gaming. Perbedaan antara keduanya hanyalah penggunaan RAM maksimal, di mana 855+ hanya mendukung hingga 12 GB dan 860 hingga 16 GB. Kinerja yang diusung juga seharusnya sama aja, asal tidak ada tweak kinerja seperti pada smartphone gaming.

Snapdragon 860 menggunakan sebuah prime core dengan kecepatan 2,96 GHz ditambah tiga prosesor Kryo 485 Gold (Cortex A76) berkecepatan 2,42 GHz serta empat inti prosesor Kryo 485 Silver (Cortex A55) berkecepatan 1,8 GHz. Hal tersebut membuat Snapdragon 860 memiliki total delapan inti prosesor. SoC ini menggunakan Adreno 640 sebagai GPU-nya.

Menguji untuk bermain

Menguji bermain game dengan perangkat yang menggunakan Snapdragon 860? Sepertinya hal ini mudah dilakukan karena SoC yang satu ini sudah terbukti pada saat kembarannya digunakan pada perangkat gaming. Jadi, hal tersebut tidak akan berubah: game yang lancar pada setting tinggi.

Banyak game yang saya uji pada saat menggunakan Poco X3 Pro. Akan tetapi, mari kita kerucutkan pada tiga buah game, yaitu Genshin Impact, PUBG Mobile, dan LifeAfter. Genshin saya pasang pada mode High 60 fps, PUBG Mobile pada HDR Extreme, dan LifeAfter pada mode Movie. Saya tidak menemukan kendala yang berarti saat bermain ketiganya dengan setting tersebut.

Berikut adalah grafik perolehan frame rate dari ketiga game tersebut. Data frame rate saya ambil dengan menggunakan aplikasi GameBench.

Rasa puas bermain pada sebuah perangkat yang memiliki harga hanya tiga jutaan, namun lancar. Jika ada beberapa kendala, coba turunkan setting ke satu level di bawahnya agar menjadi lebih lancar lagi. Sayangnya, belum banyak game yang bisa berjalan pada 120 Hz di perangkat ini.

Untuk Bekerja

Jika untuk bermain game saja sudah lancar, tentunya saat dipakai untuk bekerja juga akan lancar. Betul saja, tidak ada kendala sama sekali saat menggunakan perangkat ini untuk bekerja. Aplikasi seperti Trello, Slack, GMail, Whatsapp, Facebook, serta Chrome yang menggunakan banyak tab tidak akan terasa lambat. Hal tersebut juga dikarenakan oleh spesifikasi Poco X3 Pro yang tinggi.

Saat melakukan edit video, banyak resource yang digunakan pada smartphone ini. Akan tetapi, semuanya terasa cepat saat melakukan rendering video. Tugas-tugas sekolah di rumah anak-anak saya pun juga menjadi lebih cepat dikumpulkan. Rasanya seperti menggunakan perangkat flagship.

Benchmarking

Pada pengujian kali ini, saya kembali menghadirkan Poco X3 NFC. Selain itu, saya juga menghadirkan Snapdragon 855+ dari salah satu smartphone gaming yang dinyalakan tweak-nya. Saya juga akan membandingkan dengan Snapdragon 865 sehingga akan cukup terukur bagaimana kinerja dari Poco X3 Pro ini.

Artikel ini juga membawa perdana benchmark PCMark versi 3.0 untuk Android. Dua benchmark pendahulunya juga saya ikut sertakan agar pengguna tidak bingung saat membandingkan dengan perangkat lamanya. Berikut adalah hasil benchmarking-nya

Uji baterai: 5000 mAh lebih sedikit

Pengujian baterai dari Poco X3 Pro memang memakan waktu yang cukup lama. Oleh karena itu, pengujian ini harus dilakukan pada saat saya akan tidur (he he he). Dengan SoC yang membutuhkan tenaga ekstra, refresh rate 120Hz,  dan layar FullHD+, tentunya perangkat ini akan sedikit lebih boros jika disandingkan dengan smartphone yang memiliki rentang harga yang sama.

Benar saja, saat saya mengujinya dengan menggunakan sebuah video MP4 yang diputar berulang-ulang, perangkat ini hanya bisa mencapai 11 jam 58 menit saja. Pengisian ulang pada perangkat ini menggunakan charger bawaan yang mampu mengisi 33 watt. Poco X3 Pro pun dapat diisi dalam waktu sekitar 70 menit dari 0% hingga 100%.

Verdict

Ada banyak tipe konsumen smartphone. Oleh karena itu, vendor smartphone harus benar-benar pintar dalam menyuguhkan perangkatnya kepada masing-masing pengguna. Salah satunya adalah Xiaomi yang menawarkan Poco X3 Pro kepada para gamer dan mereka yang membutuhkan sebuah smartphone yang mulus dalam bermain game namun murah.

Dengan menggunakan Snapdragon 860, membuat perangkat yang satu ini bisa melahap hampir semua game yang ada di Play Store dengan setting tertinggi. Kinerjanya sudah tidak perlu lagi dipertanyakan, apalagi untuk bekerja dan melakukan rendering video. Baterai yang terpasang juga besar sehingga bisa bertahan seharian.

Kamera yang memiliki resolusi 12 MP dan hingga 48 MP juga bisa diandalkan untuk momen sehari-hari. Perangkat ini juga sudah memiliki fitur-fitur yang lengkap seperti NFC, infra merah, speaker stereo, dan lain sebagainya. Layar 120 Hz juga akan menjadi satu hal yang membuat penggunanya merasa nyaman.

Xiaomi menjual Poco X3 Pro dengan harga Rp. 3.499.000 untuk versi 6/128 GB dan Rp. 3.999.000 untuk versi yang saya dapatkan, yaitu 8/256. Harganya akan naik Rp. 100.000 jika Anda membelinya secara offline seperti pada Mi Store. Dengan harga tersebut, Anda akan mendapatkan sebuah smartphone gaming dengan harga paling murah.

Sparks

  • Kinerja tinggi pada harga 3 jutaan
  • Responsif
  • Layar 120 Hz membuat tampilan mulus
  • Speaker stereo
  • Kamera yang walaupun hanya 48 MP, tapi bisa mengambil gambar dengan baik
  • Daya tahan baterai yang cukup baik

Slacks

  • Area kamera yang terlalu menonjol
  • Desain yang sama dengan X3 NFC
  • Bagian belakang bergetar saat memainkan musik
  • Kamera makro 2 MP yang kurang tajam
qualcomm-snapdragon-845

Snapdragon 860 Diperkenalkan: Kembaran Snapdragon 855+

Saat ini, Xiaomi sudah mengeluarkan sebuah smartphone yang menggunakan cip terbaru dari Qualcomm. Chipset yang dimaksud adalah Snapdragon 860 yang digunakan pada Poco X3 Pro. Harga perangkat ini juga cukup terjangkau di mana hanya dijual pada harga kurang dari Rp. 4 juta.

Qualcomm dan Xiaomi pun mengadakan sebuah acara untuk memperkenalkan cip terbaru tersebut. Snapdragon 860 sendiri diposisikan berada di antara Snapdragon 855+ dan Snapdragon 865. Hal ini tentu saja membuat perangkat yang menggunakannya memiliki kinerja yang cukup tinggi.

Snapdragon 855 sendiri diluncurkan oleh Qualcomm pada tahun 2018 yang lalu. Kinerjanya sendiri sampai saat ini belum bisa ditandingi oleh saudaranya pada kelas 700 ke bawah. Apalagi Snapdragon 855+, versi dengan clock yang lebih tinggi, sampai saat ini masih merupakan salah satu chipset terkencang dan bisa dipakai untuk bermain game.

Ternyata, Snapdragon 860 masih memiliki spesifikasi yang sama dengan Snapdragon 855+. Perbedaannya adalah Snapdragon 860 memiliki dukungan untuk pemakaian RAM sampai dengan 16 GB. Jadi, Snapdragon 860 merupakan Snapdragon 855+ yang ditingkatkan kemampuan dukungan RAM-nya. Spesifikasinya bisa dilihat pada tabel di bawah ini

Snapdragon 860
Pabrikasi 7 nm
CPU 1×2.96 GHz Kryo 485 Gold + 3×2.42 GHz Kryo 485 Gold + 4×1.8 GHz Kryo 485 Silver
GPU Adreno 640
RAM 4x16bit, LPDDR4x 2133MHz hingga 16 GB
Camera Spectra 380

Single camera: 192 MP

Dual camera: 22 MP 30fps

Video Codec H.265 (HEVC), HDR10+, HLG, HDR10, H.264 (AVC), VP8, VP9
Display 4K UHD HDR 10+
Modem Snapdragon X24 LTE Cat 20
Connectivity Bluetooth 5, WiFi 6, GPS, GLONASS
Charging Quick Charge 4+

Qualcomm sendiri mengklaim bahwa Snapdragon 860 bakal menjadi chipset 4G terkencang saat ini. Walaupun begitu, kinerjanya mungkin akan sama saja saat menggunakan RAM hingga 12 GB. Apalagi pada perangkat Poco X3 Pro, RAM yang digunakan paling besar adalah 8 GB.

Dengan menggunakan basis yang sama dengan Snapdragon 855+, tentu saja Snapdragon 860 tidak akan mendapatkan fitur-fitur baru yang diperkenalkan pada Snapdragon 865. Padahal, fitur seperti update driver yang bisa langsung di-download dari aplikasi Google Play membuat perangkat yang menggunakan chipset yang mendukung menjadi lebih baik. Dan Snapdragon 860 tidak akan mendapatkan “kemewahan” tersebut.

Snapdragon 855 sendiri merupakan yang pertama dari Qualcomm yang mendukung Computer Vision untuk AI. Hal inilah yang membedakan Snapdragon seri 855 ke atas (termasuk Snapdragon 860) dibandingkan dengan Image Signal Processor yang ada pada seri 700. Fitur ini membuat kemampuan pengambilan foto bisa lebih cepat, akurat, dan fokus yang lebih baik.

Lalu apakah mereka yang sudah memiliki perangkat dengan Snapdragon 855+ perlu melakukan upgrade ke Snapdragon 860? Ya dan tidak. Anda perlu melakukan upgrade ke Snapdragon 860 jika para perangkat tersebut terdapat teknologi pendukung yang lebih baik serta menggunakan RAM 16 GB. Jika penggunaan RAM masih di bawah 16 GB, Anda tidak perlu melakukan upgrade karena spesifikasinya yang sama.

 

Poco X3 Pro dan Poco F3 Luncur: Gunakan Snapdragon 860 dan 870 dengan Harga Terjangkau

Awal kuartal kedua tahun 2021 diawali oleh Xiaomi dengan meluncurkan dua perangkat baru yang menggunakan sub-brand mereka. Kedua perangkat tersebut adalah Poco X3 Pro dan Poco F3. Kedua perangkat ini menggunakan SoC yang baru saja diluncurkan oleh Qualcomm pada tahun 2021 ini.

POCO X3 Pro merupakan smartphone pertama di dunia yang menggunakan Qualcomm Snapdragon 860 yang disebut sebagai chipset 4G terbaik tahun 2021 dengan baterai 5160 mAh yang mendukung pengisian cepat 33W. Hadir dengan layar 6,67” FHD+ DotDisplay yang mendukung refresh rate 120Hz dengan touch sampling rate 240Hz. Snapdragon 860 sendiri merupakan sebuah Snapdragon 855+ yang memiliki clock speed lebih tinggi.

“POCO X3 Pro adalah jawaban untuk smartphone gaming karena memiliki performa buas, tampilan tiada tanding, baterai tahan lama, serta pengalaman pakai yang sempurna. Inilah smartphone terbaik dengan performa buas untuk bermain game,” kata Product PR Lead POCO Indonesia, Andi Renreng.

Kamera utama Poco X3 NFC memiliki resolusi 48MP dengan sensor Sony IMX582. Kamera lainnya adalah kamera 8MP ultrawide, kamera macro 2MP, serta depth sensor 2MP. Di bagian depan, Xiaomi membenamkan kamera dengan resolusi 20MP.

Poco F3 merupakan penerus langsung dari Poco F1. Tanpa embel-embel Pro seperti pada F2 Pro, smartphone yang satu ini menggunakan cip Snapdragon 870. Snapdragon 870 merupakan turunan dari Snapdragon 865 yang memiliki prime core dengan clock  3,2 GHz yang saat ini merupakan paling tinggi.

Poco F3 menggunakan baterai berkapasitas 4520 mAh yang mendukung pengisian cepat 33W. Layar yang digunakan adalah AMOLED E4 dengan dimensi 6,67” FHD+ DotDisplay yang mendukung refresh rate 120Hz dengan touch sampling rate 360Hz.

Kamera yang ada pada Poco F3 mirip dengan konfigurasi X3 Pro. Kamera utamanya menggunakan resolusi 48MP dengan sensor Sony IMX582. Selanjutnya untuk ultrawide dengan resolusi 8 MP, kamera makro dengan 5 MP, dan selfie 20 MP.

Xiaomi menjual Poco X3 Pro pada harga Rp. 3.599.000 untuk varian 6/128 GB dan Rp. 4.099.000 untuk varian 8/256 GB. Untuk Poco F3, Xiaomi menjualnya pada harga Rp. 4.999.000 untuk varian 6/128 GB dan Rp. 5.499.000 untuk 8/256 GB. Poco X3 Pro akan tersedia pada tanggal 22 April 2021 sedangkan Poco F3 akan tersedia pada tanggal 28 April 2021.

Gacha?

Jika kita berbicara mengenai merek Xiaomi, pada beberapa grup komunitas di internet, sering kali banyak yang menyebut mengenai gacha. Gacha dalam sebuah permainan biasanya merujuk pada pengambilan atau pembelian sebuah barang yang diacak, sehingga item yang didapat bisa bagus atau bisa buruk. Saya pun menanyakan hal ini kepada Alvin Tse.

Menurut Alvin, istilah gacha muncul karena masalah build quality dan netizen memang suka bercanda. Ada beberapa hal yang membuat fenomena gacha muncul dan besar. Pertama adalah pengguna Xiaomi sangat aktif dan vokal secara online serta suka beropini. Produk Xiaomi juga menarik banyak orang yang suka membaca review, melakukan perbandingan spesifikasi, suka mem-flash ROM, serta aktif dalam sebuah komunitas.

Yang kedua adalah mereka yang suka menggunakan perangkat Xiaomi tidak berkomentar pada sosial media. Untuk pengguna yang terkena satu bug saja, langsung berteriak pada sosial media dan melakukan share statusnya. Hal ini juga membentuk sebuah opini tentang gacha tersebut.

Yang ketiga adalah pada saat berinternet ada istilah yang bernama enjoying the crowd, di mana jika ada satu keburukan, yang lain akan mengikutinya. Padahal, belum tentu yang mengikuti tersebut menggunakan perangkat Xiaomi. Beberapa mungkin mengungkit masalah yang dihadapi saat memiliki perangkat Xiaomi yang beredar beberapa tahun yang lalu.

Yang keempat adalah beberapa dari mereka juga merupakan promotor dari merek-merek lain. Alvin juga pernah melihat beberapa penjual mencetak sampul Redmi Note 8 dan menempelkannya pada kotak penjualan mereka. Ada juga penjual yang mengatakan bahwa mereka menjual perangkat Xiaomi dan saat pelanggan masuk ke toko mereka, sang penjual mengatakan produk Xiaomi habis dan menawarkan merek lainnya.

Dan berbicara mengenai kualitas produk, saat ini Xiaomi sudah melakukan dua hal. Yang pertama saat pengguna memiliki produk yang bermasalah dan datang ke pusat servis Xiaomi, datanya akan dilacak. Yang kedua adalah jika mereka melaporkan bug melalui aplikasi Service and Feedback, Xiaomi juga bisa melacak datanya. Kedua hal ini penting untuk dilakukan agar Xiaomi bisa melihat data tersebut, seberapa banyak yang bermasalah.

Data yang diterima oleh Xiaomi saat ini dari banyaknya penjualan mereka adalah tingkat kerusakan hanya 0,2 persen saja. Alvin juga menyadari bahwa tidak semua datang ke pusat servis atau pun menggunakan aplikasi Service and Feedback. Oleh karena itu, Xiaomi akan melakukan edukasi dengan menghadirkan lebih banyak pusat servis yang saat ini jumlahnya lebih dari 150 tempat. Dengan begitu, diharapkan akan banyak data yang terkumpul dan akan bisa diperbaiki dengan segera.

Alvin juga meneruskan bahwa tidak ada satu pun perangkat yang terbebas dari bug. Bahkan perangkat termahal pun juga memiliki beberapa bug. Kuncinya adalah memiliki mekanisme feedback yang cepat agar bisa memperbaikinya dengan cepat. Dan terakhir, Alvin meminta agar pengguna tidak percaya kepada hoax, yang sangat berkontribusi pada fenomena gacha.