Berbeda dari smartphone, konsol generasi baru tidak datang setiap tahun. Alhasil, konsol generasi lama tidak otomatis langsung berhenti diproduksi ketika suksesornya telah tersedia di pasaran. Masa transisi dari konsol lama ke baru itu akan selalu ada, akan tetapi lamanya berbeda-beda tergantung kondisi dan kebijakan masing-masing perusahaan.
Di kubu Microsoft, masa transisi dari Xbox One ke Xbox Series X/S rupanya sudah rampung sejak lama. Kepada The Verge, Microsoft mengonfirmasi bahwa mereka sebenarnya sudah berhenti memproduksi semua model Xbox One pada akhir 2020 lalu. Sebelumnya, tepatnya di bulan Juli 2020, Microsoft sempat bilang bahwa mereka sudah menyetop produksi Xbox One X dan Xbox One S Digital Edition, tapi tidak untuk Xbox One S versi standar.
Sekarang kita tahu bahwa rencana tersebut ternyata cuma bertahan beberapa bulan saja, sebab Microsoft secara diam-diam juga sudah berhenti memproduksi Xbox One S versi standar di akhir tahun 2020. Dengan kata lain, Microsoft sebenarnya sudah sepenuhnya berfokus pada Xbox Series X dan Series S mulai 2021 kemarin.
Ini sangat kontras dengan strategi yang dijalankan oleh Sony. Baru-baru ini, beredar laporan bahwa Sony akan menggenjot produksi PlayStation 4 di tahun 2022 ini demi mengisi kekosongan yang diakibatkan oleh krisis stok PlayStation 5. Sony bahkan sempat bilang bahwa mereka dari awal memang belum pernah berniat untuk menghentikan produksi PS4.
Baik Sony ataupun Microsoft sebenarnya sama-sama kesulitan memenuhi permintaan tinggi konsumen akan konsol next-gen bikinan masing-masing. Namun yang agak berbeda adalah, di saat Sony hanya menawarkan satu tipe konsol saja (PS5), Microsoft menawarkan dua tipe yang berbeda (Xbox Series X dan Series S). PS5 memang ada yang versi Digital Edition, akan tetapi versi tersebut tidak mempunyai perbedaan performa sama sekali.
Xbox Series S di sisi lain memiliki performa yang lebih inferior ketimbang Series X. Secara fisik, ukuran chipset yang menenagai masing-masing konsol bahkan berbeda. Sebelum ini, Phil Spencer selaku bos besar Xbox juga sempat menjelaskan bahwa mereka sebenarnya bisa memproduksi lebih banyak chip milik Series S ketimbang chip milik Series X dalam satu penampang yang sama.
Jadi meski kesulitan memenuhi demand Series X, Microsoft masih bisa sedikit menutupinya dengan memperbanyak stok Series S. Sony di sisi lain harus bergantung pada konsol lamanya untuk menyiasati krisis stok PS5.
Sumber: The Verge. Gambar header: Louis-Philippe Poitras via Unsplash.
Pada 2023, jumlah gamer di dunia diperkirakan akan mencapai 3 miliar orang. Mobile game menjadi salah satu pendorong meroketnya jumlah gamer. Namun, platform game favorit setiap negara biasanya berbeda-beda. Misalnya, di Indonesia, kebanyakan gamer bermain mobile game. Sementara di Amerika Serikat dan Inggris, banyak gamer yang lebih senang bermain PC atau konsol.
Di Amerika Serikat, lima game favorit gamer konsol adalah Call of Duty: Modern Warfare, Grand Theft Auto V, Fortnite, Minecraft, dan NBA 2K20. Secara total, Modern Warfare memliiki 12,1 juta pemain aktif bulanan (MAU) dengan 6,23 juta pemain bermain di Xbox dan 5,92 juta sisanya di PlayStation.
Menariknya, ada lebih banyak gamer yang memainkan Modern Warfare di Xbox. Padahal, kebanyakan pemain dari empat game lainnya menggunakan PlayStation. Menurut Newzoo, salah satu alasan mengapa ada lebih banyak gamer Xbox yang memainkan Modern Warfare adalah karena franchise Call of Duty sering diidentikkan dengan Xbox di Amerika Serikat.
Sementara itu, di Inggris, lima game favorit para gamer konsol adalah Modern Warfare, Fortnite, GTA V, Minecraft, dan FIFA 20. Berbeda dengan AS, di Inggris, Fortnite berhasil mengalahkan GTA V. Satu hal lain yang membedakan gamer Inggris dengan gamer AS adalah game olahraga favorit mereka. Jika di AS game bola basket menjadi game olahraga favorit, gamer Inggris lebih menyukai game sepak bola. Hal ini terlihat dari populernya FIFA 20 dan bukannya NBA 2K20.
Lima game favorit gamer di Jepang jauh berbeda dari game-game favorit di AS dan Inggris. Game favorit di Jepang adalah Apex Legends, diikuti oleh Monster Hunter World, Ghost of Tsushima, GTA V, dan Fortnite. Di Jepang, kebanyakan gamer juga menggunakan PlayStation dan bukannya Xbox. Salah satu alasannya adalah karena Microsoft baru merilis Xbox One satu tahun setelah peluncuran konsol tersebut di pasar lain.
Di Jepang, franchise Monster Hunter memang sangat populer. Jadi, tidak heran jika Monster Hunter World jadi game konsol favorit kedua sepanjang Juli 2020. Ghost of Tsushima, yang baru diluncurkan pada Juli 2020, menjadi salah satu game favorit gamer konsol Jepang dengan 345 ribu MAU. Dari semua game yang masuk dalam daftar game konsol favorit, Ghost of Tsushima merupakan satu-satunya game yang tidak memiliki fitur multiplayer.
PlayStation 5 dan Xbox Series X boleh memiliki spesifikasi yang mirip-mirip, akan tetapi saat bicara mengenai konten, strategi yang diterapkan masing-masing produsennya rupanya sangatlah berbeda.
Dari kubu PlayStation, taktik yang Sony ambil cukup gamblang: deretan game terbaru yang dikerjakan oleh studio-studio internal PlayStation Studios, macam Horizon Forbidden West maupun Ratchet & Clank: Rift Apart, adalah game yang dikhususkan untuk PS5. Sejauh ini tidak ada wacana untuk menghadirkan kedua game tersebut (maupun sejumlah judul lainnya) ke PS4.
Alasannya bukan sebatas bisnis, tapi memang sejumlah judul cuma bisa terwujud berkat peningkatan performa yang PS5 hadirkan, khususnya SSD super-cepatnya. Salah satu contohnya adalah Ratchet & Clank: Rift Apart itu tadi, yang gameplay-nya bakal melibatkan petualangan lintas dimensi tanpa sisipan loading screen. Hal ini tentu tidak memungkinkan pada PS4 yang masih menggunakan HDD piringan yang lambat.
Sebaliknya, kalau dari kubu Xbox, strategi Microsoft agak lebih rumit. Di satu sisi, mereka tidak mau memaksa konsumen untuk meng-upgrade console lamanya sesegera mungkin. Alhasil, setidaknya selama beberapa tahun ke depan, mereka berkomitmen untuk menghadirkan deretan game garapan studio-studio internalnya di Xbox Series X dan Xbox One sekaligus.
Di sisi lain, dari sederet judul permainan yang sudah diumumkan, beberapa di antaranya secara spesifik dikembangkan untuk Xbox Series X. Forza Motorsport adalah salah satunya, yang disebut bakal memaksimalkan kapabilitas Series X demi menyuguhkan visual yang menawan di resolusi 4K 60 fps, lengkap beserta efek ray tracing.
Jadi mana yang benar? Apakah semua game first-party Xbox Series X juga akan dirilis untuk Xbox One sesuai dengan komitmen Microsoft? Atau beberapa judul memang eksklusif untuk Series X saja? Sayangnya tidak ada jawaban yang pasti. Bahkan Aaron Greenberg yang merupakan petinggi divisi marketing Xbox pun juga tidak berani memastikan.
Lewat Twitter, beliau cuma bisa memberikan sedikit klarifikasi bahwa deretan game first-party anyar itu lebih dulu disiapkan untuk Xbox Series X, namun itu tak harus berarti game–game tersebut tidak akan dirilis di Xbox One ke depannya. Semua keputusan ada di tangan masing-masing tim developer, dan itu berarti setiap game punya peluang untuk dibuatkan versi Xbox One-nya.
Microsoft pada dasarnya terkesan ingin menjadi good guy jika dibandingkan dengan Sony, namun strategi semacam ini bisa menjadi senjata makan tuan seumpama tidak dieksekusi dengan baik. Kalau ternyata dalam satu-dua tahun ini Xbox Series X punya banyak game first-party yang tidak tersedia di Xbox One, mungkin Phil Spencer bakal menyesal pernah bilang bahwa mereka tak berniat memaksa konsumen Xbox One untuk membeli Series X demi bisa menikmati judul-judul eksklusif terbaru dari mereka.
Seperti yang sudah dijanjikan, Microsoft semalam memamerkan sederet game yang akan mengisi katalog Xbox Series X nantinya. Beberapa di antaranya merupakan karya dari studio-studio internal di bawah naungan Xbox Game Studios, sedangkan sisanya dari developer luar yang memilih untuk meluncurkan game-nya secara eksklusif di platform Xbox dan PC.
Ada banyak sekali game yang diumumkan, tapi saya akan membahas 10 yang paling menarik saja. Tentu saja semua ini merupakan pilihan yang subjektif, jadi kalau mau mengetahui selengkapnya, silakan langsung tonton video resmi Xbox Games Showcase yang berdurasi hampir satu jam.
Halo Infinite
Suguhan pembukanya sudah pasti adalah Halo Infinite, apalagi mengingat game ini sudah diumumkan sejak E3 2018 lalu. Beruntung kali ini 343 Industries turut menyertakan video gameplay-nya, dan di sini kita bisa melihat bahwa mereka tidak berlebihan saat menyebut Halo Infinite sebagai Halo yang paling ambisius.
Video demo berdurasi 9 menit di atas berhasil menggambarkan betapa ekspansifnya dunia dalam Halo Infinite. Pengembangnya sendiri bilang luasnya beberapa kali lipat milik gabungan dua game Halo sebelumnya, dan semua itu dapat pemain nikmati di resolusi 4K 60 fps pada Xbox Series X nantinya.
Gameplay trailer-nya ini tak lupa memamerkan koleksi persenjataan sekaligus gadget canggih yang dimiliki Master Chief, termasuk halnya sebuah grappling hook yang langsung mengingatkan saya pada franchise Just Cause. Saya pribadi bukanlah penggemar seri Halo, namun harus saya akui saya cukup tertarik setelah menonton trailer di atas.
Forza Motorsport
PlayStation 5 punya Gran Turismo 7, Xbox Series X punya Forza Motorsport, reboot dari game balapan berjudul sama yang dirilis pertama kali 15 tahun silam. Kedua game ini sama-sama tidak mau main-main dalam menyajikan visual yang amat realistis. Dalam kasus Forza, developer Turn 10 Studios menjanjikan efek ray tracing pada keseluruhan konten di resolusi 4K 60 fps.
The Outer Worlds: Peril on Gorgon
Satu-satunya yang bukan merupakan game baru di artikel ini, melainkan sebuah DLC atau expansion pack. Namun berhubung The Outer Worlds merupakan salah satu game favorit saya, tentu saja saya tidak akan melewatkannya, apalagi mengingat Obsidian menjanjikan konten baru yang sangat melimpah pada DLC berjudul Peril on Gorgon ini.
Gorgon di sini merupakan nama dari sebuah asteroid di koloni Halcyon, dan pemain bakal berkunjung ke sana untuk menginvestigasi kisah misterius di balik lahirnya Adrena-Time, salah satu consumable yang efeknya meningkatkan movement speed sekaligus melee attack speed, tapi setelahnya malah menurunkan semua atribut.
Bukan cuma lokasi baru untuk dieksplorasi, Peril on Gorgon juga bakal menghadirkan sederet senjata, armor, dan bahkan flaw baru sekaligus. Saya pribadi berharap Obsidian juga menambahkan setidaknya satu companion baru, sebab deretan companion dan masing-masing backstory-nya inilah yang membuat saya jatuh cinta pada game ini.
Peril on Gorgon akan tersedia pada 9 September seharga $15. Obsidian juga menawarkan bundel seharga $25 yang mencakup Peril on Gorgon sekaligus expansion keduanya yang belum diumumkan, yakni Murder on Eridanos.
Avowed
Di samping mengumumkan DLC pertama The Outer Worlds dan trailer baru Grounded, Obsidian juga membuat kejutan dengan merilis trailer game terbarunya yang berjudul Avowed. Avowed merupakan sebuah RPG first-person ala seri The Elder Scrolls buatan Bethesda, tapi yang mengambil setting fantasi dari IP milik Obsidian sendiri, yakni Pillars of Eternity.
Saya tidak akan terkejut seandainya Obsidian belajar banyak dari Bethesda sehingga akhirnya Avowed bisa menyempurnakan banyak hal dari The Elder Scrolls V: Skyrim. Kasusnya kurang lebih sama seperti ketika Obsidian membenahi beberapa kekurangan Fallout 3 pada Fallout: New Vegas, sekaligus menyuguhkan narasi yang jauh lebih memikat.
Harapan terakhir saya adalah supaya Avowed bisa mendukung fitur modding yang komprehensif. Kalau tidak, berarti Obsidian kurang bisa memahami salah satu kunci di balik kesuksesan Skyrim.
Everwild
Selain Halo Infinite, Everwild juga merupakan game yang sudah diantisipasi sejak cukup lama, namun tak kunjung dirilis. Sayangnya hingga kini Rare selaku pengembangnya masih belum menunjukkan gameplay-nya seperti apa, tapi tidak bisa dipungkiri saya cukup terpikat dengan trailer terbarunya di atas.
Gaya visualnya sungguh menarik, terutama berkat polesan cel shading yang begitu manis di mata. Entah mengapa setelah menonton trailer-nya saya langsung teringat dengan film Princess Mononoke garapan Studio Ghibli. Mungkin karena banyak adegan yang memperlihatkan koneksi manusia dengan alam, serta semacam dewa berwujud rusa yang juga menjadi salah satu karakter utama dalam Mononoke.
S.T.A.L.K.E.R. 2
10 tahun sejak pertama diumumkan, game keempat dari seri FPS survival ini akhirnya punya trailer resmi. Memang belum banyak yang bisa kita pelajari mengenai gameplay S.T.A.L.K.E.R. 2, tapi developer GSC Game World memastikan bahwa trailer ini bisa memberikan gambaran terkait kualitas visual yang akan tersaji pada versi finalnya.
Seperti tiga game sebelumnya, permainan akan kembali mengangkat peristiwa yang terjadi di The Zone, wilayah bekas ledakan nuklir di Chernobyl. Bedanya, The Zone kali ini merupakan area open-world yang dapat pemain eksplorasi secara bebas, dan pengembangnya percaya ini dunia paling immersive yang pernah mereka buat untuk franchise S.T.A.L.K.E.R.
Kalau Anda suka Metro Exodus, saya yakin Anda sudah tidak sabar menanti S.T.A.L.K.E.R. 2.
The Gunk
Usai menonton trailer di atas, saya langsung menyimpulkan The Gunk sebagai ekuivalen dari Kena: Bridge of Spirits yang akan dirilis di PS5. Keduanya jelas merupakan game yang sangat berbeda, tapi vibe-nya kelihatan sejenis, dengan dunia yang begitu indah dan beragam makhluk yang tak dikenal.
Judulnya mengacu pada semacam parasit berlendir (gunk) yang menyelimuti banyak area dan sepertinya menjadi penyebab di balik munculnya banyak makhluk berbahaya. Protagonisnya dibekali semacam alat untuk menyedot parasit itu. Repotnya, terlalu banyak parasit yang disedot justru bakal berakibat longsor atau bagian tanahnya terbelah.
The Gunk digarap oleh Image & Form, developer di balik seri game SteamWorld. The Gunk merupakan game pertama mereka yang menyajikan visual 3D, itulah mengapa jadwal rilisnya masih sangat jauh: September 2021.
The Medium
Kita pertama mendengar soal The Medium pada bulan Mei lalu, dan premis bahwa karakter protagonisnya harus menjalani hidup dalam dua realita yang berbeda sebenarnya sudah sangat penuh intrik. Sekarang, kita bisa mendapat gambaran lebih jelas mengenai konsep “Dual Reality” yang dimaksud dalam game ini seperti apa.
The Medium merupakan game singleplayer, tapi lalu kenapa video di atas beberapa kali menunjukkan tampilan split-screen? Itu dikarenakan dua realitanya akan di-render secara bersamaan, sehingga kita bisa tahu bahwa apa yang kelihatannya biasa saja di dunia nyata, sebenarnya bisa jadi ancaman berbahaya di ranah spiritual.
Peribahasa “there are always two sides to every story” melekat kuat pada game ini, itulah mengapa kedua realita yang dijalani lakonnya harus disajikan secara bersamaan. Pengembangnya bilang mekanisme semacam ini tidak akan bisa terwujud tanpa peningkatan performa yang Xbox Series X tawarkan. Alhasil, kita tak akan menjumpai The Medium di Xbox One.
Warhammer 40,000: Darktide
Melanjutkan kesuksesan seri Warhammer: Vermintide, developer Fatshark memutuskan untuk menerapkan formula co-op FPS (4 orang) yang sama, tapi kali ini pada setting sci-fi Warhammer 40K. Berhubung setting-nya futuristis, sudah pasti ada banyak adegan tembak-menembak di Warhammer 40,000: Darktide.
Ini jelas berbeda dari Vermintide yang didominasi pertarungan jarak dekat alias melee. Kendati demikian, Fatshark memastikan kalau pemain masih harus mampu untuk bergerak secara lincah dan memadukan serangan jarak jauh sekaligus jarak dekat kalau mereka mau bertahan di Darktide. Jadi meskipun mengambil setting masa depan, game ini masih akan banyak diisi dengan adegan melee combat yang brutal.
Fable
Menutup acara Xbox Games Showcase adalah kejutan berjudul Fable. Bukan Fable 4, melainkan Fable saja, mengindikasikan bahwa ini merupakan reboot dari franchise RPG berusia 16 tahun tersebut.
Yang mengerjakan pun sekarang bukan lagi Lionhead Studios, melainkan Playground Games yang selama ini dipercaya menjadi pengembang seri Forza Horizon. Sayang sekali sejauh ini belum ada yang tahu gameplay-nya seperti apa, tapi semestinya jauh lebih menarik ketimbang Fable terakhir yang dirilis 10 tahun lalu.
Upgrade judul-judul lama menjadi “Optimized for Xbox Series X”
Terakhir, Microsoft tidak lupa mengumumkan bahwa beberapa judul permainan yang sudah ada bakal di-upgrade supaya bisa berjalan lebih maksimal di Xbox Series X. Judul-judul seperti Gears 5, Destiny 2, Forza Horizon 4, Sea of Thieves, maupun Ori and the Will of the Wisp, semuanya akan di-upgrade dan dapat konsumen nikmati tanpa perlu membayar biaya ekstra berkat fitur Smart Delivery.
Dalam beberapa kesempatan, upgrade-nya juga jauh dari kata minor. Ambil contoh Ori and the Will of the Wisp, yang sudah dioptimalkan agar dapat berjalan pada resolusi 4K 120 fps di Xbox Series X. Bukan cuma visual, developer Moon Studios turut menjanjikan penyempurnaan di sektor audio demi semakin memaksimalkan kesan immersive yang didapat pemain.
Sepanjang semester pertama 2020, penjualan konsol di Amerika Serikat naik 25 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu, menurut perusahaan riset pasar, The NPD Group. Alasan utama dari naiknya penjualan konsol di AS adalah pandemi virus corona, yang memaksa banyak orang untuk diam di rumah. Memang, pada Q1 2020, total belanja dari gamer AS juga sudah mengalami kenaikan.
“Total penjualan konsol di AS naik 25 persen, menjadi US$1,6 miliar,” kata analis NPD, Mat Piscatella, seperti dikutip dari VentureBeat. Sayangnya, penjualan konsol di AS pada Juni 2020 justru mengalami penurunan sebesar 17 persen, menjadi US$191 juta. “Penjualan konsol mengalami penurunan untuk pertama kalinya pada Juni sejak Februari 2020,” ujar Piscatella.
JUNE 2020 US NPD THREAD – June 2020 tracked spending across Video Game hardware, software, accessories and game cards totaled $1.2 billion, gaining 26% when compared to a year ago. This is the highest tracked spend for a June month since $1.3 billion was reached in June 2009. pic.twitter.com/VliGtYt4sc
Kemungkinan, alasan mengapa penjualan konsol pada bulan Juni justru menurun adalah karena konsumen sudah membeli konsol pada April atau Mei. Selain itu, PlayStation 5 dan Xbox Series X juga akan diluncurkan pada tahun ini. Jadi, jika masyarakat memutuskan untuk menunggu hingga konsol baru dari Sony dan Microsoft itu diluncurkan, hal itu tidak aneh. Sepanjang bulan Juni, Nintendo Switch menjadi konsol dengan penjualan terbaik jika dibandingkan dengan konsol lain. Secara global, Nintendo Switch telah terjual sebanyak lebih dari 55 juta unit pada Mei 2020.
Meskipun penjualan konsol di AS turun pada bulan Juni, hal itu bukan berarti industri game di AS mengalami masalah. Secara keseluruhan, total pemasukan industri game di Amerika Serikat mengalami kenaikan pada bulan Juni. Piscatella berkata, “Pada Juni 2020, total penjualan hardware, software, aksesori game, dan game cards mencapai US$1,2 mliar, naik 26 persen jika dibandingkan dengan tahun lalu.” Dia menambahkan, pemasukan industri game pada Juni kali ini adalah yang tertinggi sejak Juni 2009. Ketika, itu, total penjualan di dunia game mencapai US$1,3 miliar.
Dan memang, walau penjualan konsol mengalami penurunan, penjualan aksesori game justru naik. “Penjualan aksesori game dan game cards mencapai US$417 juta, naik 29 persen jika dibandingkan dengan tahun lalu,” ungkap Piscatella. Penjualan aksesori game naik karena setelah membeli konsol, para gamer terdorong untuk membeli gamepad atau headset baru sehingga mereka bisa bermain bersama keluarga atau teman mereka.
Perang console next-gen edisi 2020 sepertinya bakal segera dimulai tidak lama lagi. Setelah Sony dilaporkan sibuk menggenjot produksi PlayStation 5 baru-baru ini, sekarang giliran kubu Microsoft yang mendapat sorotan. Kepada The Verge, Microsoft secara resmi menyatakan bahwa mereka telah menghentikan produksi Xbox One X dan Xbox One S All-Digital Edition.
Meski Microsoft sampai saat ini masih belum memberikan kepastian, pengumuman ini jelas merupakan pertanda akan semakin dekatnya peluncuran Xbox Series X. Sebelum ini, banyak yang memprediksi bahwa console next-gen dari kedua kubu bakal meluncur di musim liburan 2020, tapi kalau melihat situasi pandemi yang tak kunjung berakhir, bukan tidak mungkin Sony dan Microsoft bakal memajukan jadwalnya.
Tentu saja ini merupakan situasi yang cukup rumit. Di satu sisi, demand atas perangkat gaming, termasuk halnya PC, meningkat drastis karena kita butuh hiburan selama mengarantina diri di kediaman masing-masing. Di sisi lain, produsen pasti cukup kewalahan memenuhi demand tersebut karena tidak bisa mengoperasikan pabriknya secara maksimal seperti biasanya.
Kalau melihat situs resmi Xbox, semua varian Xbox One X rupanya sudah terjual habis, demikian pula Xbox One S All-Digital Edition. Yang masih tersedia stoknya adalah Xbox One S, dan ternyata Microsoft memang masih lanjut memproduksi console tersebut. Bisa jadi ini merupakan salah satu strategi Microsoft untuk memenuhi tingginya permintaan konsumen.
Kemungkinan lain, ini berkaitan dengan komitmen Microsoft untuk tidak memaksa konsumen meng-upgrade ke Xbox Series X. Dijelaskan bahwa setidaknya sampai beberapa tahun ke depan, judul-judul eksklusif yang diterbitkan Xbox Game Studios akan hadir di Xbox Series X dan Xbox One sekaligus.
Tentu saja kita juga tidak boleh lupa dengan rumor bahwa Microsoft sedang menyiapkan alternatif Xbox Series X yang lebih terjangkau, yang kemungkinan bakal dinamai Xbox Series S, dan kabarnya akan diungkap pada bulan Agustus mendatang. Berhubung Xbox One X sekarang sudah resmi di-discontinue, Microsoft tentu bisa mengalokasikan lebih banyak waktunya untuk segera meluncurkan Xbox Series X dan Series S ke pasaran.
Dua tahun adalah waktu yang terbilang sangat singkat untuk membangun sebuah franchise yang begitu ikonis. Namun itulah yang berhasil Naughty Dog lakukan di tahun 1996 – 1998 lewat trilogi game Crash Bandicoot.
Sekarang, 22 tahun semenjak game ketiganya, Crash Bandicoot: Warped, dirilis, sudah ada game keempat yang menanti. Activision baru saja mengumumkan Crash Bandicoot 4: It’s About Time, sebuah game yang benar-benar baru (bukan remaster atau remake) yang akan dirilis untuk PlayStation 4 dan Xbox One pada tanggal 2 Oktober 2020 mendatang.
Fakta bahwa game ini bukan remaster perlu ditekankan karena tiga tahun lalu memang versi remaster dari trilogi aslinya sempat dirilis. Namanya remaster, jalan cerita permainan pun sama sekali tidak berubah. Yang berubah hanyalah grafik dan sejumlah elemen gameplay supaya cocok dengan kebiasaan bermain konsumen modern (penambahan sistem checkpoint dan lain sebagainya).
Crash Bandicoot 4 tidak demikian. Digarap oleh developer Toys for Bob, jalan ceritanya benar-benar melanjutkan Crash Bandicoot: Warped. Di game ketiganya itu, dikisahkan bahwa Doctor Neo Cortex dan Doctor N. Tropy (dua antagonis utama seri Crash Bandicoot di samping Uka Uka) telah terperangkap di masa lalu. Entah bagaimana ceritanya, keduanya kini sudah bebas kembali untuk melanjutkan rencana jahatnya.
Selain narasi baru, Crash Bandicoot 4 turut menawarkan art style yang agak berbeda dari versi remaster triloginya. Namun penggemar sejati seri Crash Bandicoot tak perlu khawatir game keempatnya ini telah berganti konsep menjadi permainan open-world ala game modern, sebab pengembangnya tetap menjanjikan gameplay platformer klasik pada Crash Bandicoot 4. Bahkan perspektif kameranya pun kelihatan mirip kalau melihat trailer-nya.
Meski demikian, tentu saja ada sejumlah fitur gameplay baru yang disematkan, seperti misalnya gerakan-gerakan anyar macam wallruning atau meluncur di atas rel. Crash nantinya juga bakal mendapat akses ke empat topeng sakti yang berbeda, salah satunya yang memberikan kemampuan untuk melambatkan waktu, sesuai dengan subjudul permainan yang memang menyinggung soal manipulasi waktu.
Berkaitan dengan tingkat kesulitan permainan, developer-nya sepertinya sudah menyiapkan solusi yang tepat agar game ini tidak terasa terlampau sulit, tapi di saat yang sama juga tidak kelewat mudah dan membosankan. Crash Bandicoot 4 bakal menawarkan dua mode permainan yang berbeda: Retro dan Modern. Retro diciptakan untuk pencinta game platformer klasik yang haus akan tingkat kesulitan yang tinggi, sedangkan Modern dibuat agar sedikit lebih bersahabat buat pemain-pemain baru.
Salah satu cara terbaik untuk merayakan peluncuran game besar yang ditunggu-tunggu adalah dengan membeli edisi kolektor atau bahkan memesan hardware bertema permainan tersebut. Secara personal, saya kenal dekat beberapa orang yang tak ragu merogoh saku dalam-dalam demi mendapatkannya. Bulan Februari lalu, Nvidia mengumumkan kartu grafis GeForce RTX 2080 Ti versi Cyberpunk 2077, namun sayangnya ia tidak bisa dimiliki lewat cara biasa.
Jika Anda sedang sedang menanti perilisan permainan role-playing raksasa garapan CD Projekt Red itu dan mencari sesuatu yang layak dikoleksi, Microsoft telah menyiapkan bundel produk istimewa. Minggu ini, mereka mengumumkan satu set Xbox One X edisi spesial Cyberpunk 2077, dilengkapi controller, charging stand, game drive, hingga headphone. Dalam menyediakan perangkat-perangkat ini, Microsoft juga berkolaborasi dengan sejumlah produsen hardware.
Console Xbox One X Cyberpunk 2077 Limited Edition sengaja dirancang untuk merepresentasikan warna-warni dan kemajuan teknologi Night City (lokasi game di-setting). Demi mencapainya, Microsoft memanfaatkan desain cybernetic, elemen-elemen ‘menyala’, panel-panel custom berwarna cerah, serta efek gradasi. Di sana Anda bisa menemukan grafiti glow in the dark, tulisan-tulisan hasil ukiran laser, serta sejumlah LED.
Di unit controller-nya, Microsoft mengangkat tema Johnny Silverhand, karakter yang menemani V (tokoh utama Cyberpunk 2077) dalam petualangannya. Gamepad didominasi dua warna: hitam di area kanan dan perak di kiri. Desainer juga menghias controller dengan beragam tulisan, coretan serta decal. Fungsi, layout serta fiturnya sendiri sama seperti gamepad wireless Xbox standar, bisa tersambung ke Xbox One dan perangkat ber-OS Windows 10.
Untuk melengkapi controller-nya, Anda bisa menambahkan Cyberpunk 2077 Xbox Pro Charging Stand. Khusus unit ini, Microsoft memadukan skema warna gamepad (ada perak serta hitam) dan console (biru, kuning serta garis-garis hijau). Charging stand dilengkapi baterai rechargeable, penutupnya, serta kabel power sepanjang 1,8-meter. Aksesori ini juga dibekali magnet buat mengamankan controller.
Bersama sejumlah mitra, Microsoft dan CD Projekt Red turut menyediakan penyimpanan eksternal Seagate Game Drive for Xbox: Cyberpunk 2077 Special Edition dengan opsi 2TB dan 5TB, serta headset SteelSeries Arctis 1 Wireless for Xbox Johnny Silverhand Edition.
Semua pernak-pernik bertema Cyberpunk 2077 dapat dibeli secara terpisah, tapi mungkin tersedia melalui channel terpisah. Sebagian dari mereka sudah bisa di-pre-order. Microsoft sendiri hanya memproduksi 45 ribu console edisi spesial Cyberpunk 2077 dan menjualnya di kawasan tertentu saja. Anda dapat menyimak harga dan waktu ketersediaan masing-masing item di bawah ini:
Xbox One X Cyberpunk 2077 Limited Edition 1TB – Juni 2020, harganya belum diketahui, disertai kode download game, dapat ditebus di tanggal 17 September nanti
Gamer PC lawas semestinya tahu, salah satu game paling berat yang pernah PC mereka jalankan adalah Crysis. Bukan yang kedua atau ketiga, melainkan Crysis yang pertama, yang dirilis di tahun 2007.
Begitu menuntutnya Crysis, GPU paling top kala itu, Radeon HD 3870 dan GeForce 8800 GTX, bahkan tidak mampu menjalankannya dengan pengaturan grafis mentok kanan. Beberapa tahun sejak dirilis, Crysis bahkan masih cukup sering dipakai untuk menguji performa suatu GPU, dan tentu saja kita tak boleh lupa dengan meme “But Can It Run Crysis?”
Hampir 13 tahun berselang, game first-person shooter bertema sci-fi itu rupanya sedang bersiap untuk menyapa kembali para gamer. Lewat sebuah video teaser, Crytek selaku developer-nya mengumumkan Crysis Remastered. Platform yang dituju kali ini bukan cuma PC saja, tapi juga PlayStation 4, Xbox One, dan Nintendo Switch.
Ya, Nintendo Switch, meski saya yakin kualitas grafiknya tidak akan sebagus di platform lainnya, seperti kasusnya pada game seperti The Witcher 3. Terlepas dari itu, Crysis Remastered menjanjikan peningkatan kualitas grafik yang signifikan dibanding versi orisinalnya; mencakup tekstur beresolusi tinggi, temporal anti-aliasing, parallax occlusion mapping, dan masih banyak lagi istilah teknis lain.
Sesuai dugaan, Crysis Remastered juga bakal menawarkan ray tracing, tapi menariknya, ray tracing di sini adalah yang berbasis software (API). Apakah ini berarti pemain tidak wajib menggunakan GPU Nvidia seri RTX untuk bisa menikmati pencahayaan yang lebih realistis? Bisa jadi begitu, tapi kita tunggu saja penjelasan lebih mendetail dari Crytek menjelang perilisannya.
Kapan? Belum tahu, Crytek cuma bilang “coming soon“. Video teaser-nya pun belum menunjukkan kualitas grafiknya secara lengkap. Semoga saja benar-benar segera.
Diciptakan oleh Allan Alcorn atas permintaan co-founder Atari Nolan Bushnell, Pong adalah video game pertama yang sukses secara komersial. Bersama home console Magnavox Odyssey, Pong membantu mengokohkan industri gaming, Menyusul sambutan positif khalayak terhadap versi arcade-nya, Atari mulai memproduksi sistem permainan yang bisa dinikmati di rumah dan memasarkannya di tahun 1975.
Sesuai namanya, desain Pong terinspirasi dari permainan ping-pong (yang sebetulnya juga disajikan oleh Magnavox Odyssey). Kesuksesannya melahirkan rentetan sekuel serta tiruan. Beberapa judul resmi meliputi Pong Doubles, Super Pong, Ultra Pong, Quadrapong, serta Pin-Pong. Hampir setengah abad berlalu dari sejak Pong melakukan debutnya, Atari mengumumkan penjelmaan modern game ini yang akan hadir di platform current-gen. Mereka menamainya Pong Quest.
Lewat Pong Quest, Atari mencoba memadukan gameplay ala tenis meja tradisional (disebut pula ball-and-paddle) dan elemen role-playing. Anda bermain sebagai sebuah paddle dalam petualangan di dunia yang dihuni oleh karakter-karakter serupa. Sebagian besar waktu akan Anda habiskan bertanding ping-pong dengan mereka – ada paddle berpenampilan seperti badut, penyihir dan lain-lain.
Layaknya sebuah RPG, kustomisasi merupakan elemen penting di Pong Quest. Pemain bisa mendandani paddle-nya dengan beragam kostum, skin serta aksesori. Dan seperti yang diperlihatkan trailer singkatnya, Pong Quest tidak hanya menghidangkan pertandingan tenis meja digital saja. Game memiliki beragam mode unik, misalnya mengadu Anda dengan monster lipan, mode puzzle hingga variasi permainan ala Breakout (juga buatan Atari).
Di luar itu semua, dunia Pong Quest bisa bebas kita jelajahi. Permainan menyuguhkan grafis flat minimalis dua dimensi, yang bagi saya pribadi, berkesan terlalu sederhana dengan pemilihan dan kombinasi warna yang kusam. Mungkin arahan visual ini diambil demi mempertahankan tradisi ‘old school‘ Pong. Tapi sebetulnya tak ada salahnya jika aspek grafis diracik lebih stylish dan cerah – misalnya seperti Figment atau Fez.
Dari deskripsi di laman Steam, Pong Quest menugaskan Anda untuk ‘mengumpulkan Orb dan menguak rahasia Pintu Menakutkan’. Game turut ditunjang mode multiplayer lokal dan online, serta mempersilakan kita buat bermain bersama tiga orang kawan. Anda tidak membutuhkan PC berspesifikasi tinggi untuk menjalankan game, cukup sistem berspesifikasi CPU dual core, RAM 2GB dan kartu grafis DirectX 11.
Selain di Windows, Pong Quest juga dapat dinikmati dari Xbox One, PlayStation 4 dan Switch. Game rencananya akan dirilis di ‘musim semi’ tahun ini – yang artinya sebentar lagi.