Tag Archives: yosia sugialam

Co-Founder dan CEO Paper.id Yosia Sugialam / Paper.id

Yosia Sugialam Ceritakan Perjalanan Paper.id hingga Jadi Bisnis Profitabel

Pandemi telah mengakselerasi digitalisasi di Indonesia secara signifikan. Hal ini turut dirasakan oleh startup yang fokus pada platform pembayaran B2B, Paper.id. Setelah lebih dari 3 tahun fokus mengedukasi pasar, memasuki tahun ke-7 perusahaan mulai menuai hasilnya.

Didirikan oleh Yosia Sugialam dan Jeremy Limman pada akhir 2016, ide Paper.id berawal dari kegelisahan terhadap kelangsungan bisnis usaha keluarga. Selain memiliki ketertarikan yang sama di bidang teknologi, keduanya juga memiliki latar belakang dari usaha B2B. Ketika itu, teknologi tengah berkembang pesat. Namun, mereka merasa implementasi teknologi masih belum maksimal di ranah B2B.

Dalam wawancara bersama DailySocial.id, Yosia mengungkapkan bagaimana ide awal terbentuknya Paper.id, yakni berawal dari niat baik Yosia menawarkan klien baru untuk bisnis keluarganya, namun ditolak dengan alasan kekhawatiran akan mengganggu cashflow perusahaan. Hal ini cukup mengagetkan, karena biasanya usaha akan sangat senang jika mendapat klien baru.

Yosua juga bercerita tentang kompleksnya transaksi di B2B. Selain transaksi atau pergerakan uang yang masih manual, ada dua isu yang cukup signifikan dalam rangkaian transaksi B2B, yaitu dokumen dan tempo. Dalam usaha mendigitalkan pembayaran B2B, beberapa pihak merasa bahwa invoice yang dikeluarkan secara digital tanpa materai itu tidak berlaku.

Di samping itu, ada praktik umum dalam industri ini terkait adanya tempo yang bisa diberikan untuk pembayaran yang dilakukan. Hal ini serupa tenor dalam pembayaran kredit. Praktik ini yang bisa berdampak pada cashflow jika tidak bisa dikelola dengan baik.

“Tiga hal ini yang jadi problem utama di B2B payment yang coba kita solve di Paper.id, termasuk membantu supplier dibayar lebih cepat, serta membantu pembeli bisa kontrol pembayarannya. Selain itu, kita juga mau mendorong industri ini supaya bisa bertransformasi dengan baik dan sempurna,” ungkap Yosia.

Perluas layanan lewat kolaborasi bisnis

Paper.id meresmikan kehadirannya ke publik pada 2018 lalu, menawarkan perangkat invoicing, accounting, dan inventory. Seiring pertumbuhan bisnis, Paper.id semakin memperluas layanan melalui kolaborasi dengan berbagai pihak, salah satunya dengan BNI untuk memudahkan klien dari mitra perusahaan dalam melakukan pembayaran invoice melalui scan kode QR.

Selain BNI, Paper.id juga sudah bekerja sama dengan beberapa institusi keuangan guna menawarkan program pendanaan pelaku UMKM yang tepat guna dan memberikan mereka kontrol untuk mengatur tempo terhadap supplier maupun buyer.

Bagi buyer, mereka bisa mendapatkan tempo pembayaran lebih panjang melalui produk Buy Now Pay Later (BNPL) untuk B2B. Bagi yang memiliki masalah tempo yang panjang, supplier dapat mendapatkan pencairan invoice lebih cepat dari jatuh tempo dengan produk bernama Get Paid Faster.

Belum lama ini, VISA Indonesia dan Paper.id menjalin kemitraan strategis melalui penunjukkan Paper.id sebagai salah satu mitra penyedia pembayaran bisnis (Business Payment Solution Provider/BPSP). Tidak hanya itu, Paper.id juga menggandeng BRI untuk menghadirkan kartu kredit inovatif “PAPERCARD”.

Terkait segmentasi, Yosia juga mengungkapkan bahwa saat ini Paper.id menargetkan pelaku UKM B2B dari kota-kota tier 1 & 2. Untuk penetrasi kartu kredit di daerah ini juga sudah lebih banyak, tapi belum maksimal. Hal ini yang menginisiasi kehadiran kartu kredit bisnis “PAPERCARD”.

Terkait isu dokumen tanpa materai yang menjadi kekhawatiran bisnis B2B, Paper.id juga telah bekerja sama dengan Perum Peruri untuk menyediakan e-materai atau materai elektronik bagi masyarakat umum, utamanya untuk penagihan faktur atau invoice.

“Meskipun kita fokus ke pembayaran B2B, tapi kalau dipikir-pikir, hampir semua bisnis melakukan transaksi B2B. Contohnya, restoran atau ritel, mereka juga ambil barang ke supplier. Lebih detail soal segmentasinya, yang jadi sweet spot kita adalah UMKM dengan karyawan di bawah 50 orang. Tetapi sekitar 1,5 tahun terakhir, kita juga masuk ke korporasi,” jelasnya.

Tech winter di Paper.id

Pada tahun 2016-2018, pengguna Paper.id sudah terbilang cukup banyak, imbas dari implementasi sistem hyperlocal di platformnya. Paper.id memulai dengan menawarkan fitur freemium dengan tujuan mengajak pengguna yang sebelumnya masih menggunakan cara manual untuk bergeser ke arah digital, dan bisa dinikmati secara gratis.

Meskipun begitu, tidak semua fitur diberikan secara cuma-cuma. Untuk bisa mengakses fitur yang lebih lengkap, pengguna diwajibkan untuk berlangganan Paper Plus. Paper.id akan mengambil fee dari setiap pembayaran yang berhasil diproses.

Selama hampir 7 tahun berdiri, Yosua mengaku bahwa, “yang sulit bukanlah digitalisasi invoice-nya, melainkan mendigitalisasi pembayarannya. Pembeli ‘dipaksa’ bayar secara digital karena invoice-nya digital.”

Pandemi yang datang di pertengahan Maret 2020 ternyata tidak hanya membawa petaka tetapi juga pencerahan bagi kemajuan digitalisasi di Indonesia. Bukan hanya di bisnis pengguna, tetapi juga di bisnis mitra, seperti VISA dan PERURI, transformasi digital sungguh direalisasikan.

Selain itu, dukungan dari pemerintah terhadap kemajuan digitalisasi juga semakin nyata, salah satunya adalah dengan mengeluarkan dan mendukung elektronik materai. Sebelumnya, banyak usaha yang masih menolak invoice digital karena tidak ada materai. Setelah e-materai diresmikan, kita juga jadi salah satu partner untuk ematerai di invoicing.

Terkait isu Tech Winter yang masih terjadi sekarang, Yosia mengungkapkan bahwa ia sangat berempati pada teman-teman startup yang masih mengalami masa sulit. Meskipun begitu, ia mengaku bahwa kondisi ini juga tidak sepenuhnya buruk.

“Dengan adanya market correction, pasar sekarang jadi lebih make sense. Perusahaan yang punya fundamental bagus dan mengerti para penggunanya akan semakin bertumbuh. Secara market, kalibrasinya bagus, karena ke depannya jadi lebih baik dan persaingan lebih sehat,” ujar Yosia.

Yosia juga mengungkapkan bahwa, “tech winter di Paper.id itu bukan terjadi sekarang, melainkan di 2018-2020. Kita masuk ahead of its time, melakukan edukasi pasar, bahkan ke investor juga masih sulit memberi pemahaman bisnis.”

Namun, lanjut Yosia, hal itu justru yang bikin mereka terlatih untuk membuat Paper berbeda, lebih frugal, membangun relasi yang lebih kuat ke partner, bisa cross collaboration, juga control hiring. Lalu di masa ini, ia dan timnya bisa mulai menikmati hasil jerih payah mereka selama ini.

Technically, kita tidak merasakan winter. Faktanya, sampai sekarang kita masih hiring dan  sekarang bisa dibilang the cheapest time untuk kita going aggressive,” ungkap Yosia.

Dari sisi target, Yosia mengaku tidak mau muluk, hanya ingin dampak layanan mereka bisa terasa di seluruh penjuru Indonesia. Kembali lagi ke masalah awal, supaya pebisnis tidak lagi khawatir cashflow berantakan dan menolak pelanggan. Ketika sudah ada teknologi dan layanan yang mendukung, kontrol dan kuasa jadi lebih seimbang antara supplier, buyer, dan bisnis UKM utamanya.

Hingga 2022, Paper.id mengklaim jumlah pengguna telah berkembang hampir 3x lipat dari sebelumnya. Jumlah invoice yang telah diproses pun mencapai level tertinggi hingga Rp9 triliun lebih, angka tersebut diklaim naik 2x lipat dari periode yang sama saat pandemi dimulai. Perusahaan juga mengklaim telah memiliki unit ekonomi yang sudah positif.

Seiring perkembangan bisnis, perusahaan juga telah mendapatkan pendanaan melalui beberapa tahapan. Golden Gate Ventures terlibat dalam dua pendanaan awal Paper.id. Pada akhir tahun 2022, perusahaan juga mengumumkan pendanaan seri B dipimpin oleh Argor Capital (sebelumnya Go-Ventures), diikuti oleh BM Capital, Skystar Capital, PT Kaya Alam International, Living Lab Ventures, dan Redbadge Pacific.

Application Information Will Show Up Here

Dorong Digitalisasi B2B, Paper.id dan VISA Umumkan Kolaborasi Strategis

Baru-baru ini, VISA Indonesia dan Paper.id menjalin kemitraan strategis melalui penunjukkan Paper.id sebagai salah satu mitra penyedia pembayaran bisnis (Business Payment Solution Provider/BPSP). Sebagai platform yang menawarkan solusi penagihan dan pembayaran online untuk UKM, Paper.id disebut memiliki volume transaksi terbesar di Indonesia.

Kepada DailySocial.id, CEO & Co-Founder Paper.id, Yosia Sugialam mengungkap bahwa kerja sama strategis ini telah terjalin sejak 2021. Namun, baru tahun ini kedua pihak memutuskan untuk mengumumkan secara resmi kolaborasi strategis tersebut. Kerja sama yang dilakukan pertama kali adalah opsi untuk pembayaran, yang mana bentuknya masih prototype pada akhir 2021.

“Harapan perusahaan melalui kerja sama strategis ini adalah dapat mendorong digitalisasi transaksi antar bisnis (B2B) dengan card-based. Saat ini penetrasi penggunaan kartu kredit masih sangat besar gap-nya untuk digitalisasi B2B,” kata Yosia.

Disinggung peluang VISA berinvestasi di Paper.id, Yosia enggan berkomentar. Namun, ia menegaskan Paper.id akan melancarkan kerja sama strategis lainnya, mulai dari institusi keuangan, perbankan dan pihak terkait. Menurutnya, saat ini awareness pengguna yang bertransaksi dengan VISA di dalam platform sudah cukup baik. Selanjutnya, Paper.id dan VISA akan mendorong tingkat awareness/reach lebih tinggi kepada target pengguna.

“Ini adalah bagian dari rangkaian kerja sama yang Paper.id dan VISA lakukan untuk memberikan solusi pembayaran bisnis yang inovatif dan membantu, tidak hanya perusahaan, tetapi juga UMKM. Kerja sama ini akan sangat memudahkan pelaku usaha menggunakan kartu kredit, karena pasti diterima di mana saja. Cashflow jadi anti-macet.” jelasnya.

Sebagai mitra penyedia BPSP, Paper.id membantu proses pembayaran bisnis pelaku usaha kepada supplier menggunakan kartu kredit dalam jaringan VISA. Pembayaran ini bisa dilakukan meskipun supplier/vendor tidak menerima opsi pembayaran kartu kredit ataupun tidak menyediakan mesin EDC. Tambahan tempo hingga 45 hari juga akan didapatkan oleh pelaku usaha, karena tagihan kartu kredit tidak dibayar saat itu juga oleh pemegang kartu, tetapi dibayar sesuai tanggal tagihan kartu kredit.

“Paper.id telah tumbuh menjadi mitra BPSP terbesar VISA berdasarkan transaksi di Indonesia. Pengguna platform Paper.id berpeluang untuk semakin mengefisiensikan pengeluaran perusahaan sekaligus bertransaksi dalam jaringan VISA di seluruh dunia, dengan proses-proses yang sederhana dan memanfaatkan sinergi kami secara maksimal,” kata Presiden Direktur VISA Indonesia Riko Abdurrahman dalam keterangan terpisah.

Investasi VISA di Indonesia

VISA telah bekerja sama dengan mitra lokal untuk mengaktifkan pembayaran digital dan mendorong inklusi keuangan. Mulai dari layanan fintech hingga platform finansial lainnya, VISA cukup memainkan peranan aktif untuk mendukung layanan finansial dan pembayaran di Indonesia.

Sebagai informasi, VISA merupakan perusahaan teknologi pembayaran global yang telah beroperasi di Indonesia selama lebih dari 30 tahun. VISA menyebut telah memainkan peran penting dalam lanskap pembayaran digital negara.

VISA juga telah melakukan investasi strategis pada startup di Indonesia dengan tujuan mendorong inovasi pembayaran digital. Seiring pertumbuhan pesat ekonomi digital di Indonesia, VISA melihat pentingnya keterlibatan startup dalam mendorong industri ini.

Beberapa investasi yang telah dikucurkan VISA di Indonesia di antaranya adalah putaran pendanaan seri F Gojek di 2019. VISA juga memberikan investasi senilai $5 juta kepada startup SaaS perpajakan OnlinePajak di 2021. Kemudian, pada 2020 VISA juga terlibat dalam pendanaan startup asal Singapura bernama Nium, (sebelumnya bernama InstaRem) yang menyediakan layanan remitansi di 90 negara. Nium beroperasi di Indonesia pada akhir 2019.

Di akhir 2022 lalu, startup open finance Brick mengumumkan kerja sama dengan VISA, pemimpin dunia dalam pembayaran digital, untuk memberi akses kepada lembaga pemberi pinjaman ke sumber data alternatif dan skor dari transaksi kartu debit dan kredit dari jaringan VISA. Kerja sama ini bertujuan untuk membantu perluasan akses keuangan di Indonesia.

Application Information Will Show Up Here
E-meterai Paper.id

Paper.id Hadirkan E-meterai untuk Transaksi Invoice Digital

Memanfaatkan kemitraan strategis dengan PERURI, platform penagihan dan pembayaran bisnis Paper.id mulai menyediakan pilihan e-meterai kepada pengguna. Mengklaim sebagai SaaS yang pertama memanfaatkan layanan ini, kini pelaku usaha tidak perlu repot-repot mencari meterai fisik untuk meningkatkan legalitas di dokumen mereka.

Lewat Paper.id, pengguna dapat secara langsung membeli dan membubuhkannya e-meterai dalam sebuah invoice yang dibuat. E-meterai yang sudah ditambahkan di invoice dari Paper.id juga dapat diverifikasi menggunakan aplikasi dari PERURI untuk dicek keabsahannya secara realtime.

CTO Paper.id Yosia Sugialam mengungkapkan, pihaknya ingin memfasilitasi transaksi digital yang kian banyak digunakan oleh para pebisnis. Dengan begitu, validitas invoice dapat meningkat sehingga kepercayaan antar pebisnis dapat terjaga dan mengurangi risiko pemalsuan.

“Kita sangat mengapresiasi langkah pemerintah dalam menerapkan digitalisasi dan mengesahkan e-meterai di akhir 2021. Mulai tahun 2022 ini, sudah tidak ada lagi penghalang apa pun bagi pelaku usaha untuk mendigitalisasi dokumen bisnis, seperti invoice,” kata Yosia.

Terkait dengan awareness penggunaan e-meterai kepada pengguna, ke depannya, Paper.id akan melakukan edukasi mengenai pentingnya e-meterai untuk dokumen digital bagi usaha melalui medium sosial media, komunitas-komunitas bisnis, event, kerja sama partner dan medium lainnya baik untuk pengguna maupun nonpengguna Paper.id

Lebih dari 300 ribu pelaku UMKM yang sudah menggunakan Paper.id, dapat langsung membuat invoice digital, membubuhkan e-meterai, dan mengirimkannya secara online. Penerima dapat melihat invoice yang sudah terbubuh e-meterai dan sah tersebut melalui Paper PayIn (Buyer Portal) Paper.id dan melakukan pembayaran secara digital melalui metode pembayaran yang tersedia di Paper.id.

Saat ini Paper.id yang sudah memproses lebih dari 200 ribu invoice setiap bulannya. Potensi penggunaan e-meterai sangat besar dan bisa berdampak signifikan baik ke pelaku usaha yang sudah menggunakan Paper.id maupun calon pengguna yang tertarik untuk mendigitalisasi proses penagihannya.

Didirikan pada akhir tahun 2016, Paper.id dapat diintegrasikan dengan sistem ERP perusahaan besar lewat API atau menjadi solusi end-to-end bagi UMKM sehingga menghubungkan dan mendigitalisasikan seluruh proses supply chain.

Dikeluarkan oleh Peruri

E-meterai telah disahkan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani sebagai Bea Meterai resmi yang berlandaskan hukum di bulan Oktober 2021. Di website PERURI juga tercantum informasi lengkap seputar pengguna e-meterai untuk publik. Terkait dengan bea meterai sebesar Rp10.000, pihak Paper.id menyerahkan semua kepada Peruri sesuai dengan aturan yang berlaku.

Dalam hal ini, Paper.id tidak mendapat komisi apa pun. Semua langsung di arahkan ke PERURI dan menegaskan pilihan ini adalah added value untuk kegiatan bisnis. PERURI dalam hal ini sebagai Badan Usaha Milik Negara mendapatkan penugasan oleh Negara untuk melakukan pengadaan, pendistribusian dan penjualan meterai.

Sejauh ini baru Paper.id yang melakukan integrasi penggunaan E-meterai dalam platform. Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2020 tercatat, dalam hal kegiatan usaha, paperless menjadi opsi untuk meningkatkan efisiensi. Sejalan dengan itu, transaksi elektronik pun semakin berkembang sehingga kontrak dapat dilakukan secara elektronik melalui jaringan internet.

Application Information Will Show Up Here
Pendanaan Seri A Paper.id

Paper.id Dapatkan Pendanaan Seri A dari Golden Gate Ventures dan Modalku

Paper.id sebagai startup pengembang SaaS untuk penagihan atau invoicing, hari ini (29/10) mengumumkan perolehan pendanaan seri A. Tidak disebutkan detail nilainya, namun dikatakan mencapai puluhan miliar Rupiah. Dana investasi baru ini didapat dari perusahaan fintech Modalku dan Golden Gate Ventures.

Sebelumnya Golden Gate Ventures juga memberikan pendanaan awal untuk Paper.id di awal tahun 2018 lalu. Dengan dana segar yang didapat, startup akan memaksimalkan pengembangan produk dengan fokus membantu jutaan UKM di Indonesia yang masih belum tersentuh layanan digital.

Salah satu fitur yang baru dirilis adalah Paper Finance Solution. Bekerja sama dengan layanan p2p lending Modalku, fitur tersebut menjembatani UKM dengan lembaga keuangan penyalur modal. Kendati bermitra strategis dengan Modalku, Paper.id mengaku akan memperluas kerja sama dengan lebih banyak p2p lending dan institusi keuangan lain, termasuk perbankan.

“Paper Finance Solution ini akan menjadi game changer dalam rangka meningkatkan daya saing UKM di Indonesia maupun luar negeri. Kami membukakan akses pendanaan kepada UKM tepat saat mereka membutuhkan berdasarkan data histori transaksi; dan di sisi lainnya membantu lembaga keuangan dalam memvalidasi serta memantau usaha UKM sehingga pendanaan menjadi tepat guna,” sambut Co-Founder & CEO Paper.id Jeremy Limman.

Sejak diluncurkan pada akhir 2016 oleh Jeremy Limman dan Yosia Sugialam (CTO), Paper.id kini sudah digunakan kurang lebih 100 ribu pelaku usaha, dengan total invoice yang dikelola mencapai sekitar 800 ribu transaksi.

“Kami melihat adanya kesamaan visi antara Modalku dengan Paper.id, kami ingin mendukung UKM untuk berkembang, salah satu caranya dengan memiliki arus kas yang lancar. Model bisnis dari Paper.id juga sejalan dengan salah satu produk Modalku yang berhubungan dengan penggunaan invoice sebagai dokumen utama bagi pengusaha dalam mengajukan pinjaman. Melalui kolaborasi ini, kami berharap bisa menjangkau lebih banyak UKM yang berpotensi untuk mendapatkan akses ke pendanaan tanpa memerlukan agunan,” sambut Co-Founder & COO Modalku Iwan Kurniawan.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here
CTO Paper.id Yosia Sugialam dan CEO Paper.id Jeremy Limman / Paper.id

Paper.id Resmikan Kehadiran, Umumkan Kolaborasi dengan BNI Yap!

Startup yang bergerak di invoicing (penagihan) Paper.id meresmikan kehadirannya ke publik, sekaligus mengumumkan kolaborasi bisnis dengan BNI dalam menghadirkan Yap!. Kehadiran BNI diharapkan dapat memudahkan klien dari mitra Paper.id untuk melakukan pembayaran invoice hanya dengan scan QR Code.

Paper.id adalah software invoicing, akunting, dan inventory. Pelaku usaha dapat membuat laporan keuangan di berbagai perangkat dan menyediakan analisis sehingga mereka bisa mengetahui semua hal tentang keuangan perusahaan (arus kas, inventaris, dan lainnya) secara real time.

Saat ini Paper.id telah digunakan oleh lebih dari 5 ribu pelaku UMKM dengan persentase sekitar 45% berlokasi di Pulau Jawa dan sisanya di luar Pulau Jawa. Dari total pengguna tersebut, Paper.id telah mengirimkan lebih dari 30 ribu invoice secara digital.

Ditargetkan sampai akhir tahun perusahaan dapat menggaet hingga 10 ribu pelanggan baru, sedangkan pada 2019 mendatang dapat naik 10 kali lipat menjadi 100 ribu pelanggan.

Sebelumnya Paper.id muncul pada akhir 2016 dengan versi beta, kemudian meningkatkan layanannya ke dalam versi full pada Agustus 2017. Aplikasi Paper.id baru tersedia untuk versi Android.

“Di tengah-tengah tingginya pertumbuhan UMKM di Indonesia, masih banyak pemilik usaha yang mengabaikan manajemen keuangan mereka yang seharusnya dikelola dengan baik. Kebanyakan pelaku masih menggunakan sistem invoicing manual yang merepotkan dan sulit dilacak, serta masih minimnya pemahaman pelaku usaha terhadap dasar-dasar akuntansi,” ucap CEO Paper.id Jeremy Limman, Senin (23/4).

Dia melanjutkan, seringkali ditengah kesibukan bisnis, pelaku usaha lupa untuk mengirimkan tagihan kepada pelanggan bisnisnya. Di dalam Paper.id, terdapat fitur pengingat untuk bantu mereka melakukan pengiriman tagihan atau menerima pembayaran dari pelanggan secara tepat waktu.

Seluruh invoice yang dimasukkan pelaku usaha, akan disimpan dalam cloud sehingga dapat diakses dan disimpan kapan saja. Lantaran Paper.id juga menyediakan akses layanannya via browser PC dan aplikasi mobile. Tak hanya itu, pelanggan juga dapat mengirimkan lembar tagihan melalui email, aplikasi messaging seperti WhatsApp, LINE, dan BBM.

Untuk monetisasinya, Paper.id menerapkan sistem freemium. Pelaku usaha dari skala usaha mikro dan kecil dapat menggunakan semua layanan Paper.id, hanya saja ada batasan akses pengguna yang bisa menggunakan aplikasi secara sekaligus.

“Kalau mau pakai invoice dari kami itu gratis tidak ada batasan. Cuma nanti akan ada batasan berapa pengguna yang bisa akses aplikasi secara sekaligus. Disitu monetisasi kami, biayanya dimulai dari Rp50 ribu sebulan sampai Rp500 ribu setahun.”

Kolaborasi bisnis dengan BNI Yap!

Penandatanganan MoU antara Paper.id dengan BNI / Paper.id
Penandatanganan MoU antara Paper.id dengan BNI / Paper.id

Untuk permudah pembayaran tagihan, kini Paper.id telah terintegrasi dengan BNI untuk produk Yap!. Jadi setiap invoice yang dikirimkan dari Paper.id akan tercantum QR Code, sehingga pelanggan dapat langsung melakukan pembayarannya dari aplikasi Yap!.

“Bersama Paper.id kami berkolaborasi untuk permudah para pelaku usaha dalam melakukan digitalisasi proses bisnis mereka, mulai dari mengirimkan invoice sampai menerima pembayaran dengan menggunakan solusi pembayaran digital,” ucap Assistant VP Internet Banking & e-Commerce Business BNI Ida Priadi Wibawa.

Selain dengan BNI, dalam sistem Paper.id tersedia pula berbagai pilihan metode pembayaran yang aman, mulai dari transfer bank, virtual account, kartu kredit, m-banking, dan e-wallet.

Peroleh pendanaan tahap awal

Dalam peluncurannya ini, Paper.id juga mengumumkan perolehan pendanaan tahap awal dengan nilai yang tidak disebutkan dari Golden Gate Ventures pada awal tahun ini. Dana segar tersebut, menurut CTO Paper.id Yosia Sugialam, akan digunakan untuk pengembangan produk, operasional bisnis, dan memperkuat pemasaran.

Dia bilang, saat ini perusahaan cukup diuntungkan karena keyword pencarian “invoice gratis” sedang digandrungi oleh banyak pelaku UMKM di seluruh Indonesia. Alhasil, perusahaan memperoleh banyak pengguna dari sana.

“Pencarian “invoice gratis” cukup tinggi dan sudah baik hasilnya saat kita masih bootstrap. Nah itu yang akan kita perkuat dan mau boost lagi biar bisa lebih tinggi kinerjanya,” terang Yosia.

Business Development Golden Gate Ventures Dea Surjadi menuturkan Paper.id memposisikan diri sebagai platform untuk membantu menghilangkan hambatan dalam manajemen keuangan, sehingga semua UMKM dapat fokus pada apa yang benar-benar penting. Yakni melayani pelanggan dan mengembangkan bisnis mereka.

“Memberikan pendanaan tahap awal (seed funding) kepada Paper.id merupakan kesempatan yang unik bagi kami untuk turut membantu perkembangan UMKM di Indonesia,” ujar Dea.

Application Information Will Show Up Here