Tag Archives: zerowaste

Startup Climate Change

15 Startup yang Mencoba Memberikan Solusi untuk Lingkungan

Isu lingkungan belakangan ini santer diperbincangkan oleh berbagai kalangan. Pasalnya, perubahan iklim telah nyata-nyata memberikan dampak buruk kepada kehidupan — mulai dari gagal panen akibat cuaca buruk berkepanjangan sampai dengan flora-fauna yang kehilangan habitatnya.

Melihat permasalahan yang ada, sejumlah inovator lokal mencoba menghadirkan cara baru yang dapat membantu masyarakat berpartisipasi untuk mengurangi potensi isu akibat perubahan iklim. Salah satunya, para startup ini hadir membantu masyarakat untuk bisa mengetahui kondisi kesehatan udara di daerah sekitar dan memberikan alternatif energi yang ramah lingkungan.

Berikut ini beberapa inovasi startup lokal terkait perubahan iklim yang layak diektahui.

BLUE

BLUE (Bina Usaha Lintas Ekonomi) adalah salah satu startup di bidang energi terbarukan yang didirikan pada 2018 Oleh Abu Bakar Abdul Karim Almukmin.

BLUE ini menyediakan solusi satu atap untuk barang dan jasa energi terbarukan melalui pasar Warung Energi. Selain itu, BLUE juga mengembangkan solusi energi surya B2B untuk sistem energi surya komersial, industri, dan terpusat untuk wilayah perkotaan dan pedesaan di Indonesia.

Debut pendanaan BLUE sendiri berasal dari New Energy Nexus yang telah mendanai 16 Startup climate change maupun renewable energy.

BuMoon.io

Salah satu startup social yang bergerak pada bidang IoT (Internet of Things), Blockchain, dan Artificial Intelegences yaitu BuMoon.io memiliki project juga untuk mengatasi climate change melalui token crypto.

BuMoon.io sendiri didirikan pada tahun 2021 oleh Dian Agustian Hadi dan Adya Kemara. Selain climate change, BuMoon.io juga mengatasi limbah sampah plastik yang ada. Hal ini bisa dijadikan salah satu hal yang baik untuk diikuti.

Konsep dari BuMoon.io ini sangat unik yaitu mereka memberlakukan “Eco Living Token”, pengguna dapat menyetor sampah ke BuMonn.io setelah itu kita akan mendapatkan benefit (uang, token, dan semacamnya). Model bisnis yang satu ini dilakukan secara periodik.

Tidak hanya Eco Living Token saja, BuMoon.io memliki proyek untuk pemasangan panel surya yang diambil dari data carbon trading, sehingga menjadi salah satu transaksi program yang cukup menarik.

Carboon Addons

Startup ini didirikan pada Agustus 2020. Carboon Addons menghadirkan solusi untuk menggerkakan dampak limbah serta startup untuk mengimbangi emisi karbon dari setiap pembelian seperti produk online dan tiket transportasi melalui add-on sebelum memeriksa produk.

Carbon Addons ini memungkinkan pengguna untuk mengimbangi jejak karbon dari pembelian produk/layanan mereka dengan menambahkan dana karbon tambahan sebelum checkout melalui plugin aplikasi perangkat lunak yang dapat diintegrasikan dengan platform seperti e-commerce.

Carboon Addons sendiri didirikan oleh Mohamad Naufal. Dengan adanya Carboon Addons sendiri, Mohama Naufal yakin bisa meminimalisir kerusakan lingkungan yang ada sehingga kita bisa menikmati keindahan alam terutama di Indonesia.

Duitin

Salah satu startup dengan waste management system yang aman adalah Duitin. Duitin adalah gerakan memilah, mengumpulkan, dan mengelola sampah agar bisa mendapatkan ‘kehidupan kedua’ melalui proses daur ulang.

Jadi Duitin, startup pengumpulan sampah, khususnya sampah anorganik. Apalagi, kampanye pengumpulan sampah anorganik – termasuk pemilahan sampah – terus berlanjut hingga saat ini.

Startup waste management yang satu ini didirikan oleh empat founder yaitu Agy (CEO), Adjiyo Prakoso (COO), Astriani L(CFO), dan Danni Fajariadi (CMO) yang pastinya akan membantu masyarakat Indonesia dalam mengelola limbah sampah dengan baik menggunakan Aplikasi Mobile yang terintegarasi yakni Duitin.

Gringgo

Salah satu startup waste management yang ada di Bali ini dapat menjadi salah satu perusahaan yang dapat berdampak pada lingkungan. Gringgo didirikan oleh Oliver Pouillon (CEO) dan Febriadi Pratama (CTO) pada tahun 2014.

Cara kerja dari Gringgo sendiri adalah memfasilitasi pengelolaan sampah dengan menggunakan website based application yang terintegrasi antara satu sama lain. Hal ini agar para user dapat mengangkut sampahnya melalui aplikasi Gringgo. Namun, pengangkutan sampah ini ada tujuannya yaitu Gringgo ingin membangun sebuah layanan network untuk waste collection.

Pastinya hal tersebut dapat menjadi hal yang baik untuk bank sampah dan kolektor sampah sehingga dapat dimanfaatkan dengan baik.

Pada tahun 2019, Gringgo sendiri mendapatkan pendanaan sekitar $500.000 dari Google untuk mengekspansi bisnisnya ke beberapa wilayah kota seperti Jakarta dan Bali tentunya.

Hijauku.com

Hijauku.com adalah green portal yang menyediakan informasi terkini tentang gaya hidup hijau dan sehat. Startup climate change yang satu ini berisi ide-ide konten untuk penghijauan yang dibagikan menggunakan lisensi Creative Commons untuk mengedukasi orang-orang dan lebih jauh lagi menghijaukan bisnis dan kehidupan sehari-hari mereka.

Selain itu Hijauku.id ini adalah salah satu startup  yang bisa digunakan untuk mengetahui emisi karbon di daerah sekitarnya. Hijauku sendiri berdiri pada Maret 2011 didirikan oleh Hizbullah Arief. 

Selain emisi karbon, Hijauku.com juga memprediksi perubahan cuaca dan Iklim di Indonesia. Hal ini untuk mengetahui gambaran dasar yang baik untuk kamu gunakan dalam kehidupan sehari-hari dan beraktivitas.

Jangjo

Jangjo adalah startup baru di Indonesia. Startup yang satu ini ingin menciptakan ekosistem sinergi yang dapat mengintegrasikan setiap pemangku kepentingan (stakeholder) yang terlibat dalam pengelolaan sampah. Mulai dari rumah tangga, pemulung, perusahaan operator hingga industri.

Stakeholder yang dimaksud antara lain penghasil sampah (masyarakat), pengangkut sampah (operator), tempat penampungan sementara (hub), dan pengelolaan sampah (industri).

Untuk mengatasi permasalahan di atas, kata dia, Jangjo mengembangkan solusi utama yaitu edukasi pemilahan dan pengangkutan sampah terpilah untuk wilayah Jakarta. Warga yang terdidik memilah sampah bisa menggunakan jasa angkut sampah untuk didaur ulang oleh industri

Edukasi pemilahan sampah dilakukan door to door untuk kawasan pemukiman. Kemudian, Jangjo Rangers akan merekam data sampah yang telah dipilah melalui aplikasi.

Platform waste management ini didirikan oleh 4 Co-Founder Joe Hansen (Co-founder dan Commisioner), Nyoman Kwanhok (Co-founder dan CEO), Eki Setijadi (COO), dan  Hendra Yubianto (CMO) pada tahun 2019.

Startup waste management yang satu ini mendapatkan seed funding dari Darmawan Capital dengan nominal yang dirahasiakan. Dengan Investasi yang satu ini Jangjo akan mengekspansi bisnisnya dan memodernisasi aplikasinya.

Jejak.in

Jejak.in merupakan salah satu startup climate change yang menggunakan teknologi IoT (Internet of Things) dan AI (Artificial Intelegences). Startup ini awalnya adalah berbentuk FMCG yang didirikan oleh Arfan Alandra pada tahun 2018.

Jejak.in memiliki misi untuk menginisiasi aksi iklim melalui solusi berbasis AI dan IoT. Salah satu produk andalan mereka adalah Tree and Carbon Storage Monitoring Platform, sebuah platform yang memanfaatkan teknologi seluler, drone, sensor IoT, LiDAR, dan satelit untuk mengumpulkan dan menganalisis data ekologi lingkungan. 

Jejak.in ini sangat bagus untuk dimanfaatkan dengan baik karena dengan adanya aplikasi ini masyarakat mampu mengetahui perkembangan climate change serta emisi karbon dengan real time.

Selain itu, ada fitur lain yang berfungsi untuk mengukur dampak penyerapan karbon, infiltrasi udara, kondisi tanah dan udara, serta keanekaragaman hayati.

Nafas

Didirikan oleh Ex-CMO Gojek Piotr Jakubowski dan Zulu Nathan Roestandy pada tahun 2018. Startup climate change yang satu ini memiliki perbedaan dibandingkan dengan startup climate change yang lain. Nafas bisa menghadirkan kondisi dan situasi iklim serta kadar emisi karbon yang tepat secara real time dan akurasinyas sangat jitu.

Nafas sudah memasang 46 sensor yang tersebar di Jabodetabek. Sensor mereka dapat memperbarui data kualitas udara setiap 20 menit. Adapun data yang disajikan dalam aplikasi nafas berupa kadar Air Quality Index (AQI) dan Particulate Matter (PM) 2,5. Mereka juga kini menjual produk pembersih udara Aria.

OCTOPUS

Octopus adalah  platform agregator yang bisa dimanfaatkan oleh industri terkait untuk mendapatkan sampah daur ulang dari pemulung dan pengepul. Layanan ini telah memulai operasionalnya di kota lapis 2 dan 3.

Octopus didirikan pada tahun 2020 oleh Dimas Ario Rubianto, Hamish Daud Wyllie, Niko Adi Nugroho, Moehammad Ichsan. Octopus juga sudah melayani ampir 200 ribu pengguna yang tersebar di lima kota besar di Indonesia, yaitu Jakarta, Tangerang Selatan, Bandung, Bali, dan Makassar. OCTOPUS juga telah bekerja sama dengan lebih dari 1.700 bank sampah dan 14.600 pemulung terlatih dan terverifikasi (mereka menyebutnya dengan “pelestari”).

Saat ini Octopus telah mendalami fokus bisnisnya untuk mengembangkan hal tersebut. Salah satunya melakukan membukukan pendanaan awal dari Openspace Ventures.

Plumelabs

Plume Labs, sebuah startup yang khusus untuk mengukur kualitas udara, baru-baru ini meluncurkan API Plume.io berbayar yang memungkinkan siapa saja untuk menambahkan kualitas udara ke layanan pembeli API mereka. Sebelumnya Plume Labs telah mengembangkan aplikasi mobile dan pengukur kualitas udara.

Plume Labs sendiri didirikan oleh Romain Lacombe pada tahun 2021. Pastinya Plume Labs ini akan menahadirkan startup climate change yang berbeda dengan yang lainnya. 

Rekosistem

Startup Zero Waste Management ini didirikan pada tahun 2018 oleh Ernest Layman dan Joshua Valentin. Rekosistem sendiri tumbuh dan berkembang menjadi perusahaan Zero Waste Management terkemuka dan termutakhir.

Produk dan layanan dari Rekosistem ini cukup banyak model bisnisnya sangat luas di B2B serta B2C dan layanan dan produk rekosistem ini komperhensif seperti edukasi pengelolaan sampah, Mengirim dan menerima sampah agar mudah diolah serta energi terbaharukan seperti Biogas dan sebagainya.

Produk utama yang ditawarkan Rekosistem antara lain Layanan Penjemputan (Repickup Service) dan Penyetoran Sampah ke Tempat Sampah (Redrop Service). Layanan penjemputan ulang meliputi layanan pengumpulan dan penjemputan sampah untuk rumah tangga atau perumahan, bisnis, perkantoran, sekolah, fasilitas umum, fasilitas olahraga, dan tempat komersial.

Rekosistem juga mendapatkan pendanaan dari  Bali Investment Club dan menjalin kerja sama strategis dengan Marubeni. Hal ini digunakan untuk melakukan eskpansi bisnis ke ranah yang lebih meluas lagi.

Sampangan

Salah satu startup waste management selanjutnya adalah Sampangan. Startup yang satu ini didirikan oleh Muhammad Fauzal Rizki (CEO) dengan Hana Punawarman (CPO) pada tahun 2019. Startup ini membantu para pengepul untuk mengelolaan sampah agar lebih berguna.

SamPangan ini memiliki magic box yaitu Carbonized Technlogy untuk pengolahan sampah menjadi sesuatu yang berharga, yaitu mengubah sampah menjadi karbon secara berkala.

Carbonized Technology ini merupakan kombinasi proses Pyrolis dan Gasifikasi. Ini adalah proses penguraian materi menggunakan radiasi panas tanpa adanya oksigen (sehingga tidak ada pembakaran dan tidak ada polusi).

Magic Box ini beroperasi pada 100-400 derajat celcius dibandingkan dengan 700 dan 1200 derajat celcius untuk masing-masing diproses secara tradisional. Sumber energi adalah input limbah yang energi potensialnya diubah menjadi energi panas dalam prosesnya.

Secara sederhana konsepnya mirip dengan rice cooker atau oven. Tidak ada api. Hanya radiasi panas. Limbah masuk, karbon aktif + produk organik dan aman lainnya keluar.

Jadi secara tidak langsung sampang juga dapat mempengaruhi dan memperbaiki kualitas udara melalui pembakaran sampah dan limbah.

Waste4Change

Waste4Change adalah perusahaan pengelola sampah yang bertanggung jawab yang didirikan oleh Mohamad Bijaksana Junerosano pada tahun 2014 di Bekasi, Jawa Barat.

Waste4Change memberikan solusi pengelolaan sampah dari hulu hingga hilir yang terdiri dari 4 jalur, yaitu: Konsultasi : Penelitian dan kajian terkait persampahan Kampanye : Peningkatan kapasitas, edukasi, dan pendampingan Kumpulkan : Pengangkutan dan pengolahan sampah harian untuk zero waste to landfill Create : Daur ulang sampah dan program EPR (Extended Producer Responsibility).

Hingga saat ini, Waste4Change telah berhasil mengelola 5.400 ton sampah dan mengurangi 52% sampah yang berakhir di TPA. Saat ini, layanan pengelolaan sampah Waste4Change mencakup wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Surabaya, Sidoarjo, Semarang, Bandung, dan Medan.

Zerowaste

Zero Waste Indonesia (ZWID) adalah komunitas berbasis online yang didirikan pada tahun 2018 oleh Maurilla Imron dan Kirana Agustina dengan tujuan mengajak masyarakat Indonesia untuk menjalani gaya hidup zero waste. Zero Waste Lifestyle merupakan gaya hidup untuk meminimalkan produksi sampah yang dihasilkan dari setiap individu yang akan berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dalam upaya melestarikan lingkungan.

ZWID berperan aktif untuk terus menyebarkan kesadaran penerapan pola pikir bijak dalam pengelolaan sampah dengan menerapkan 6R (Rethink, Refuse, Reduce, Reuse, Recycle, dan Rot) dengan memberikan tips gaya zero waste yang bermanfaat dan informasi isu-isu pengelolaan sampah. dan kaitannya dengan kelestarian lingkungan.

Mengusung visi sebagai one-stop-solution platform dan payung informasi gaya hidup minim sampah di nusantara, ZWID juga menjadi wadah berkumpulnya individu, penggiat lingkungan, komunitas, dan semua pihak yang peduli terhadap kelestarian lingkungan.

RS The Label, Brand Fashion Lokal dengan Konsep Zerowaste yang Bermimpi Go Global di Era Digital

Setiap bisnis, baik kecil maupun besar, berhak untuk bermimpi. Hanya saja setelah itu tergantung bagaimana usaha mereka dalam meraihnya. Di era digital seperti saat ini, pemanfaatan teknologi tidak akan luput dalam perjalanan setiap bisnis dalam meraih mimpinya. RS The Label adalah salah satu yang membuktikannya.

Riene Subiyanto, owner RS The Label, mengakui bahwa teknologi dan platform digital, seperti media sosial, berperan besar dalam membantu brand-nya melangkah maju mendekati mimpinya. Tertarik mengetahui kisah lengkapnya? Berikut cerita perjalanan RS The Label bersama digitalisasi yang dibagikan oleh Riene.

Mengusung Konsep Zerowaste Sebagai Investasi Masa Depan

RS The Label merupakan salah satu brand fashion lokal yang mengusung konsep zerowaste. Tidak hanya dalam bentuk produk hasil, konsep zerowaste ini juga ia terapkan hingga ke proses pengemasan.

“RS The Label (adalah) brand fashion yang mengusung konsep zerowaste, dimana proses produksi dimulai dari material, cutting, hingga packaging menerapkan prinsip minim limbah atau bahkan tidak meninggalkan limbah kain,” katanya.

Sumber: Instagram @rsthelabel

Konsep zerowaste ini ia terapkan bukan tanpa alasan. Pemikiran tersebut adalah hasil dari analisanya pada industri bisnis fashion yang ia mulai di tahun 2019. Ia melihat begitu banyaknya limbah yang dihasilkan oleh industri ini dan merasa khawatir.

“RSthelabel awalnya hanya brand fashion seperti pada umumnya. Tetapi permasalahan muncul ketika saya menyadari bahwa bisnis ini ikut andil dalam menyumbang limbah terbesar kedua di dunia dan akan berdampak buruk buat kita dan anak cucu kita di masa depan. Maka saya berpikir bagaimana cara saya tetap menjalani passion saya tetapi beriringan dengan compassion. Lalu terciptalah zerowaste fashion,” jelas Riene.

Kemudian, Riene pun senang karena bisnis fashion dengan tema zerowaste ini dapat diterima masyarakat.

Giat Berinovasi Dengan Tetap Konsisten Minim Limbah

Bergerak dengan konsep zerowaste fashion tidak menyurutkan semangat Riene untuk terus berinovasi menghasilkan produk yang unik. Dari komitmennya untuk meminimalisir limbah ini, Riene selalu rutin melakukan riset sebelum meluncurkan inovasi produk.

“Karena ini adalah zerowaste fashion, maka sebelum memproduksi selalu dilakukan riset terlebih dahulu, mulai dari desain apakah desainnya bisa diterapkan ke dalam zerowaste cutting.”

Sumber: Instagram @rsthelabel

Agar tidak keluar dari konsep minim limbah itu sendiri, Riene berusaha untuk selalu memastikan bahwa inovasi produk yang ia buat bisa diproduksi menggunakan pattern, cutting, dan material kain yang ramah lingkungan.

Tak jarang juga inovasinya berasal dari pemanfaatan sisa kain yang kemudian ia buat menjadi ornamen pada produk pakaiannya.

Ternyata, konsep zerowaste tidak membuat Riene kehabisan ide untuk berinovasi. Bahkan, ia juga mulai menggabungkannya dengan konsep classic monochrome bergaya fashion street yang produknya ia launching pada Juli 2022 ini.

“Sedikit cerita tentang produk baru yang InsyaAllah akan dilaunching di bulan Juli 2022. Mengambil konsep classic monochrome dengan cutting zerowaste tetapi bergaya street fashion untuk memperluas target market juga pastinya,” ujarnya..

Kolaborasi Sebagai Langkah untuk Perluas Edukasi

Tidak ada usaha yang berjalan mulus tanpa adanya tantangan atau kesulitan. Selain tantangan dalam riset produk sebelum berinovasi, Riene juga mengakui bahwa kurangnya kesadaran masyarakat tentang dampak limbah kain ini menjadi kesulitan tersendiri bagi RS The label.

Untuk itu, Riene selalu berusaha mengedukasi masyarakat, salah satunya dengan cara berkolaborasi dengan influencer atau aktivis lingkungan.

“Masyarakat cenderung mengabaikan dan selalu berpikir untuk menguntungkan dirinya sendiri. Dibutukan effort yang lebih untuk mengedukasi. Maka dari itu, RS The Label berusaha berkolaborasi dengan para aktivis lingkungan maupun influencer yang peduli lingkungan atau alam.”

Pandemi Menjadi Momen Berinovasi

Momen pandemi adalah momen yang umumnya memiliki pengaruh terhadap keberlangsungan sebuah usaha. Namun, hal fakta tersebut ternyata tidak berlaku untuk RS The Label. Riene bersyukur bahwa pandemi tidak menurunkan aktivitas produksi dan penjualan RS The Label.

Sebaliknya, ia memanfaatkan momen pandemi untuk menciptakan solusi untuk para pekerja WFH saat pandemi dari limbah kain dalam bentuk produk detachable collar.

Sumber: Instagram @rsthelabel

“Pada saat pandemi, RS The Label membuat produk dari limbah kain juga seperti detachable collar atau kerah lepas pasang. Jadi ketika para pekerja khususnya wanita melakukan WFH cukup menambahkan detachable collar pada homedress-nya, jadi pakaian mereka terlihat lebih formal meskipun hanya memakai baju rumahan,” jelas Riene.

Teknologi Berperan Besar dalam Edukasi dan Promosi

Dalam mengembangkan RS The Label, Riene selalu memaksimalkan pemanfaatan teknologi. Kehadiran teknologi, menurutnya, berperan besar dalam pemasaran produk, penjualan, edukasi masyarakat, hingga membantu trend forecasting.

“Kehadiran teknologi digital dalam dunia fashion tidak hanya dalam branding, pemasaran, atau jual beli, tetapi bisa membuat trend forecasting. Jadi selalu berinovasi dan kreatif dalam berbisnis,” katanya.

Menurut Riene, marketplace dan media sosial, terutama WhatsApp dan Instagram, adalah platform digital yang berpengaruh besar dalam perkembangan RS The Label. Kedepannya ia akan memanfaatkan platform digital lainnya, yakni media sosial Twitter.

Perencanaan Matang Dalam Urusan Modal

Ketika berbicara mengenai pinjaman modal untuk menopang bisnis, Riene berkata ia tidak menggunakan pinjaman modal untuk mengembangkan RS The Label. Menurutnya, terlalu banyak resiko yang perlu ia tanggung apabila menggunakan pinjaman. Lalu, ia pun membagikan tips dalam memulai dan mengembangkan usaha dengan modal yang ada.

“Tips dari saya ketika ingin membuat usaha atau mengembangkan usaha sebaiknya direncanakan dan diperhitungkan dengan matang untung ruginya. Jika ada aset selain rumah, sebaiknya aset tersebut yang dijual untuk dijadikan modal meskipun nominalnya tidak sesuai yang diharapkan itu tidak apa-apa. Mulailah dengan perlahan dan bertahap. Tidak perlu terlihat besar tetapi banyak konflik didalamnya.”

Rencana Go Global Di Era Digital

Soal mimpi, Riene memiliki banyak mimpi untuk RS The Label. Salah satu mimpinya yang akan terwujud dalam waktu dekat adalah memiliki toko offline. Toko tersebut nantinya juga akan dilengkapi dengan studio jahit untuk memberi kesempatan kepada konsumen belajar mengenai pembuatan zerowaste fashion.

Selain itu, ia juga memiliki harapan lainnya, yaitu agar RS The Label dapat selalu berkembang, berempati, dan berinovasi. Riene juga ingin RS The Label menjadi brand zerowaste fashion ternama di Indonesia dan go global dengan bantuan digitalisasi.

Sumber: Instagram @rsthelabel

”Saat ini, RS The Label sudah mendistribusikan produknya ke salah satu distrik di Singapore. Pastinya dengan teknologi digital, RS The Label bisa merambah ke negara-negara lain,” ujarnya.

Mempelajari Teknologi Sebagai Solusi Dapatkan Peluang di Era Digital

Semua pencapaian RS The Label tentu tidak diperoleh dengan mudah. Semua adalah hasil dari kemauan Riene untuk mempelajari teknologi. Untuk sesama pelaku UMKM di luar sana, Riene pun berpesan untuk mulai belajar dan terbiasa teknologi guna mendapatkan banyak peluang dan keuntungan.

“Mulai lah belajar. Jangan self-defense dulu sebelum mencoba. Mintalah orang-orang terdekat untuk mengajarkan cara penggunaan teknologi atau bisa mencari informasi melalui halaman pencarian seperti Google,” katanya.

Banyak sekali hal inspiratif dari kisah perjalanan Riene dalam mengembangkan RS The Label.

Meski konsep yang diusung oleh RS The Label masih jarang ditemui di Indonesia, namun hal itu tidak mengurangi tekad Riene untuk terus menciptakan berbagai inovasi produk yang minim limbah, serta menggunakan berbagai sumber yang ada untuk mengedukasi masyarakat.

Riene juga turut mengajak rekan UMKM lainnya untuk meraih banyaknya peluang, seperti yang ia temukan, dengan pemanfaatan teknologi yang maksimal.