Bisnis CDMA di Indonesia seperti tidak tampak menarik lagi bagi pemain telekomunikasi besar. Seperti dikutip dari IndoTelko, Telkom secara bertahap bakal melikuidasi Telkom Flexi. Rencananya mereka akan mengalihkan 11,6 juta pelanggan ke Telkomsel, meski masih menunggu kebijakan dari pemerintah. Frekuensi yang digunakan oleh Flexi saat ini diusulkan sebagai E-GSM untuk menambah kapasitas jaringan di seputar frekuensi 900 MHz.
Direktur Utama Telkom Arief Yahya mengungkapkan, “Telkom Flexi itu kan layanan personal. Sebenarnya mudah ditebak sih personal service pasti harus diganti dengan personal service juga. Di Telkom ada dua personal services, Telkomsel dan Telkom Flexi. Jadi, pelanggan Flexi akan digeser ke Telkomsel. Tetapi soal ini semua kami harus menunggu kebijakan dari pemerintah.”
Sebelumnya terdengar pula wacana untuk menggabungkan Flexi dengan operator CDMA yang lain. Dengan kondisi operator CDMA lain yang sama-sama kesulitan, nampaknya lebih logis untuk keluar dari permasalahan ini dengan mengalihkan pelanggan ke saudaranya di ranah GSM yang jauh lebih kuat.
Direktur Keuangan Telkom Honesti Basyir menyebutkan bahwa proses likuidasi bisnis Flexi bakal termasuk penjualan 4000 BTS yang dimilikinya. Terungkap bahwa beberapa tahun terakhir pertumbuhan bisnis layanan CDMA Telkom ini menyusut drastis. Di kuartal yang sama tahun lalu jumlah pengguna Flexi mencapai 16,8 juta pengguna yang artinya mengalami penurunan lebih dari 30%.
Frekuensi E-GSM, jika didukung oleh pemerintah, rencananya akan dimanfaatkan oleh Telkomsel untuk implementasi di kawasan Timur Indonesia. Telkom disebutkan telah dua kali mengirimkan dokumen ke pemerintah tentang hal ini dan masih menunggu respon.
Sudah bukan rahasia lagi jika bisnis operator CDMA memang berdarah-darah. Tidak ada operator CDMA yang membukukan keuntungan, sebaliknya terus menumpuk kerugian setiap kuartalnya. Smartfren adalah operator CDMA yang masih agresif menjual paket data Internet dan mencapai peningkatan jumlah pelanggan, tetapi kondisi keuangannya masih belum mencapai titik yang diharapkan.
Di negara lain, di mana CDMA masih eksis, semua operator sudah beralih ke LTE untuk memastikan layanannya tetap kompetitif. Dengan kenyataan bahwa tidak ada operator CDMA yang memiliki kemampuan untuk meng-upgrade jaringan ke LTE memberikan sinyal bahwa daya hidup ekosistem CDMA memang tidak lama lagi.
Layanan CDMA sepuluh tahun lalu diperkenalkan dengan promosi biaya telepon yang murah. Sekarang yang paling dibutuhkan oleh konsumen hanyalah paket data dan kualitas layanan data yang diberikan oleh CDMA tidak selalu mencapai taraf memuaskan. Smartfren adalah satu-satunya operator di Indonesia yang mampu mengimplementasi infrastruktur CDMA Rev B dan masih berjuang untuk menjustifikasi hasil investasinya ini.
Dengan perbedaan teknologi terhadap GSM, gerak yang dimiliki oleh operator CDMA semakin sempit. Telkom Flexi dan Indosat Starone yang memiliki saudara GSM bakal sedikit lebih mudah untuk memigrasikan pelanggannya jika ternyata mereka akhirnya memutuskan untuk menutup segmen CDMA-nya. Keputusan yang lebih sulit harus diambil oleh Bakrie Telecom dan Smartfren jika nantinya bisnisnya tidak bisa lagi dipertahankan.
[Ilustrasi foto: Shutterstock]