Tentang Startup dan Bekerja di Dalamnya

Dalam beberapa tahun terakhir bursa lowongan pekerjaan mulai diramaikan dengan lowongan di perusahaan-perusahaan startup. Mulai dari posisi spesialis di bidang teknologi informasi hingga bagian pemasaran. Banyak yang berpendapat bahwa budaya kerja di startup berbeda dengan budaya kerja di perusahaan mapan. Saya pun berpendapat demikian, malahan menurut saya harus berbeda. Karena memang sesuatu merintis sesuatu itu tidak mudah.

Bekerja di startup menuntut inisiatif diri yang tinggi. Lebih proaktif. Terkadang di startup posisi yang ditempati bukan posisi peninggalan dari senior yang sudah naik pangkat atau keluar, sehingga harus proaktif menyiapkan apa yang harus dilakukan sendiri tanpa melihat rekam jejak rekan kerja terdahulu. Ini mungkin terdengar berat bagi sebagian orang, tapi memang kadang ini terjadi di dunia startup, dan beberapa orang justru menikmatinya.

Selain proaktif menjadi seseorang yang mudah nyaman dengan lingkungan baru. Sesuatu yang sering dipelajari generasi Y dan Z melalu forum-forum dunia maya. Bertukar pikiran (bukan adu hinaan) dengan orang-orang yang belum dikenal melalui media sosial dan sejenisnya. Selanjutnya, bekerja di startup juga dituntut untuk mampu mempelajari hal baru dengan cepat. Hal ini masih berkaitan dengan posisi baru misalnya, atau bahu membahu bersama tim menyelesaikan sebuah permasalahan.

Biasanya dengan struktur organisasi yang kecil startup memecahkan masalah dengan musyawarah dengan anggota tim. Di sini juga menjadi salah satu lahan belajar untuk mengelola permasalahan untuk bidang yang selama ini tidak kita pelajar. Kemudian kita dituntut untuk belajar. Pada akhirnya kita tidak akan berhenti belajar.

Startup yang merupakan perusahaan rintisan tentu punya level permasalahan berbeda dengan perusahaan yang sudah mapan. Para punggawa dituntut mampu menerima dan menyelesaikan permasalahan startup mulai dari bagaimana memulai, bagaimana menjalankan hingga bagaimana mempertahankan. Bertahap dan tentu ada proses belajar di setiap tahapnya. Sebuah pengalaman berharga. Pada intinya startup tidak mencari seorang yang superior. Tapi mencari seorang yang berpikiran positif untuk bersama-sama mengembangkan bisnisnya dan mau belajar, dan tidak semua orang cocok untuk itu.