Tahun ini Ternaknesia berencana mengurus perizinan ke OJK, meskipun platform investasi tidak lagi menjadi fokus utama

Belum Tinggalkan Platform Investasi, Ternaknesia Mulai Fokus ke Pemasaran Hasil Ternak

Ternaknesia merupakan sebuah platform digital untuk solusi peternakan. Tak hanya layanan investasi ke peternakan, ia berkembang menjadi platform pemasaran hasil peternakan yang kini menjadi fokus utama perusahaan. Tahun ini Ternaknesia menyiapkan berbagai rencana, termasuk menguatkan aspek pemasaran dan mengurus perizinan ke OJK.

Founder dan CEO Ternaknesia Dalu Nuzlul Kirom kepada DailySocial menceritakan, mereka saat ini mulai fokus pada aspek pemasaran hasil peternakan sejak tahun lalu. Saat ini Ternaknesia memiliki puluhan mitra peternak yang tersebar di kota-kota di Indonesia.

“Pertama perlu saya jelaskan bahwa Ternaknesia adalah platform digital pemasaran dan permodalan peternakan. Memang awalnya kami mengawali dan membesarkan aspek permodalan untuk peternakan melalui crowdfunding P2P (Peer to Peer).  Namun sejak 2018 kami mulai menguatkan aspek pemasaran hasil panen peternakan.”

“Sampai saat ini mitra peternak kami ada sekitar 57 peternak. Di antara peternak tersebut, hanya 16 peternak yang pernah dan sedang kami bantu aspek permodalan yang tersebar di seluruh kawasan Pulau Jawa. Dana yang kami kelola sampai saat ini sudah di atas 15 Miliar [Rupiah], begitu pula omset untuk pemasaran hasil ternak,” imbuhnya.

Nuzlul menjelaskan, perkembangan Ternaknesia sejauh ini tidak lepas dari upaya mereka menjaga kualitas layanan dan hubungan dengan pelanggan. Salah satu cara yang dilakukan adalah tetap menerima saran dan masukan dari pelanggan dan memberikan transparansi data berupa laporan rutin,  terutama yang berkaitan dengan investasi dan menyiapkan beberapa mitigasi risiko.

Mitigasi risiko

Meski mulai fokus pada pemasaran hasil ternak, perusahaan masih memiliki layanan investasi. Untuk itu Nuzlul memastikan pihaknyaa harus paham betul bagaimana menyiapkan mitigasi risiko-risiko yang ada. Salah satunya dengan terjun langsung ke lapangan.

Menurut Nuzlul, dirinya masuk ke beberapa asosiasi dan organisasi peternakan. Dua di antara nya adalah HPDKI (Himpunan Peternak Domba Kambing Indonesia) dan Aspetindo (Asosiasi Pengusaha Pengusaha Ternak Indonesia). Dengan bergabung ke dalam asosiasi, pihak Ternaknesia bisa menentukan apakah peternak yang mengajukan permohonan pendanaan bisa dipercaya atau tidak.

“Di sinilah kami terbantu untuk menentukan apakah peternak yang mengajukan permohonan pendanaan, bisa dipercaya atau tidak. Kami juga bisa melacak track record transaksi si peternak dari beberapa peternak di asosiasi ini, baik sebagai supplier maupun buyer,” jelasnya

Ternaknesia sendiri memberikan modal ke bisnis peternakan, bukan per hewan ternak. Dengan demikian jika ada satu-dua ekor hewan yang mati maka risiko akan ditanggung bersama oleh para investor. Ternaknesia juga memiliki standar peternakan yang akan didanai, seperti sudah berjalan minimal tiga tahun, memiliki kepastian pasar yang jelas, dan beberapa standar lainnya.

Penyaluran dana yang dilakukan Ternaknesia dibuat bertahap, dilihat dari perkembangan aktivitas para peternak. Mereka mengklaim rutin melakukan kunjungan untuk memantau dan mengawasi perkembangan ternak.

“Kami membuka pasar sendiri agar bisa menjadi offtaker hasil panen peternak. Dengan demikian paternak memiliki kepastian buyer yang aman dan menguntungkan. Latar belakang solusi ini dari kejadian yang riil yang pernah kami dapati adalah peternak tidak dibayar oleh buyer-nya, jadi di bayangan kami nantinya tercipta closed loop. Offtaker-nya dari kami, kemudian jika demand lebih besar kami bantu supplier dengan pemodalan sehingga investor yang terlibat dalam pemodalan juga merasa aman karena pasarnya pasti,” terang Nuzlul.

Rencana-rencana tahun ini

Tahun ini Ternaknesia sudah merencanakan beberapa hal. Termasuk di dalamnya menguatkan aspek pemasaran hasil ternak, baik produk harian maupun tahunan seperti perayaan Kurban. Penguatan ini rencananya akan difokuskan di Surabaya sebagai validasi pasar awal.

“Untuk fintech, tahun ini proyek investasi untuk peternakan kami kurangi karena fokus mengawasi dan mengontrol proyek yang sudah ada. Kami juga sedang mempelajari dan mengurus perijinan ke OJK. Selain itu, tahun ini kami mengembangkan aplikasi untuk peternak, sehingga manajemen mereka bisa lebih baik dan aktivitas mereka, terutama keuangan bisa lebih terpantau oleh kami dan investor,” tutup Nuzlul.

Application Information Will Show Up Here