Terus Merugi, Toshiba Jual Bisnis TV-nya ke Hisense

Bisnis elektronik tampaknya tidak semanis yang terlihat, meskipun di sisi lain, sektor perangkat pintar seperti smartphone, smart home dan IoT terlihat menjanjikan masa depan yang cerah. Pasalnya, setahun setelah Sharp melego bisnis TV-nya ke Foxconn, kini kabar kurang sedap datang dari Toshiba yang dilaporkan mengikuti jejak Sharp.

Perusahaan asal Jepang itu dilaorkan telah mencapai kata sepakat dengan raksasa asal Tiongkok, Hisense Group untuk penjualan bisnis televisinya sebagai salah satu upaya menyeimbangkan kesehatan finansial mereka. Dari laporan fiskal terakhir, Toshiba mengalami kerugian mencapai $54.1 juta, hampir separuh dari hasil penjualan divisi TVS-nya.

Dalam kesepakatan itu, Toshiba setuju untuk menjual 95% saham divisi Toshiba Visual Solution (TVS) dengan nilai total sebesar $114 juta. Manuver ini disebut telah menjadi pertimbangan perusahaan sejak beberapa waktu lalu. Suntikan dana segar akan kembali menyehatkan neraca finansial perusahaan.

“Berat rasanya menjual divisi yang telah lama menjadi bagian dari perusahaan. Tapi, berkaca pada situasi terkini, menyerahkan bisnis ini ke Hisense adalah keputusan yang paling tepat.” Ujar juru bicara Toshiba kepada media setempat.

Toshiba tengah melalui fase sulit sepanjang kiprahnya di dunia teknologi khususnya perangkat elektronik. Diawali dari skandal di tahun 2015 yang menurunkan pamor perusahaan, finansial Toshiba terus memburuk ditandai dengan pemecatan ribuan tenaga kerjanya. Di tahun yang sama Toshiba juga menjual divisi sensor gambar ke Sony dan divisi mesin cuci piring dan pakaian ke Midea Group asal Tiongkok. Itu hanya yang terendus oleh media.

Sayangnya, setelah mendapatkan suntikan dana segar yang jumlahnya sangat besar, finansial Toshiba ternyata tak kunjung membaik. Puncaknya, mereka dikabarkan menutup departemen nuklirnya di Amerika serikat dengan status “bangkrut” pada bulan Maret lalu. Bahkan Toshiba juga menjual divisi peracik chip NAND flash ke Bain Capital untuk alasan yang sama: menjaga kesehatan finansial.

Salah satu blunder terbesar Toshiba adalah mengakuisisi perusahaan energi nuklir Westinghouse yang hanya berujung pada kerugian demi kerugian lainnya, di mana nilai investasi yang “dibakar” disebut sangat besar, sebelum akhirnya dinyatakan bangkrut.

Dengan masukan dana segar dari Hisense, Toshiba punya kesempatan yang barangkali merupakan kesempatan terakhir untuk merestrukturisasi bisnis potensial yang ada. Jika kembali membuat keputusan yang keliru, bukan tak mungkin sisa bisnis yang ada, akan menemui nasib serupa; dijual dengan nilai yang rendah.

Sumber berita Engadget, ABS-CBN, dan Theverge. Gambarheader ilustrasi Pocket-lint.