Traveloka masuk vertikal on-demand logistik melalui kehadiran Traveloka Send untuk sementara baru tersedia di Jabodetabek

Traveloka Masuk Layanan Logistik On-Demand Lewat Fitur “Traveloka Send”

Traveloka yang sejak pandemi menjelma menjadi superapp gaya hidup, makin perdalam solusi dengan merambah vertikal on-demand logistik melalui kehadiran “Traveloka Send”. Untuk sementara layanan ini baru tersedia untuk konsumer yang berlokasi di Jabodetabek. Belum ada keterangan resmi yang disampaikan perusahaan terkait ini, pun saat dihubungi oleh DailySocial.id.

Menurut laman situsnya, layanan ini disediakan oleh grup Traveloka di bawah badan hukum PT Ciptaloka Karsa Teknologi. Adapun mitra pengemudinya memanfaatkan mitra sendiri dan pihak ketiga independen yang telah bekerja sama.

Pada tahap awal, Traveloka Send baru tersedia untuk pengiriman maksimal 12 km. Persyaratan lainnya, barang maksimal memiliki berat 5 kg atau dimensi lebih besar dari 40x40x30 cm3, dan tidak bisa digunakan untuk mengirim barang seperti peledak, hewan hidup, logam mulia, dan jenis-jenis tertentu lainnya.

Traveloka sejauh ini memiliki mitra pengemudi yang direkrut untuk mengakomodasi pengiriman layanan pesan-antar makanan Traveloka Eats, selain juga didukung oleh Lalamove.

Bisa dikatakan, masuk ke vertikal logistik ini jadi salah satu cara Traveloka dalam meningkatkan utilitas mitra pengemudi agar mereka memperoleh tambahan penghasilan di luar Traveloka Eats. Traveloka Eats itu sendiri baru tersedia di Jabodetabek, Bandung, dan Bali.

“Tes ombak” ala Traveloka

Seperti diketahui, pada bulan lalu Traveloka resmi menutup layanan e-grocery Traveloka Mart setelah beroperasi selama enam bulan sejak dibuka pada Maret 2022. Manajemen menyampaikan penutupan ini merupakan bagian dari strategi bisnis dan prioritas perusahaan.

Seperti kebanyakan pemain e-grocery lainnya, Traveloka Mart menyajikan kemitraan dengan berbagai peritel besar dan toko-toko yang menjual kebutuhan sehari-hari, seperti produk segar dan makanan beku. Setelah transaksi terjadi, mitra pengemudi akan mengantarkan pesanan ke rumah konsumen.

Meski tidak ada data pendukung, disinyalir keputusan untuk menutup Traveloka Mart karena kalah saing dengan pemain quick commerce yang sejatinya menjadi spesialis di vertikal tersebut. Ditambah lagi, strategi “bakar duit” yang jorjoran untuk akuisisi konsumen, tidak bisa dipertahankan dan difokuskan di layanan ini saja apabila Traveloka mau jadi perusahaan yang berkelanjutan. Fokus perusahaan harus ditempatkan pada layanan yang terus mencetak pertumbuhan yang stabil.

Layanan on-demand bisa dikatakan tidak sebakar duit dari layanan e-grocery. Menurut Co-founder dan CEO RaRa Delivery Karan Bhardwaj, banyak orang bersedia membayar dua hingga tiga kali lebih banyak untuk pengiriman hari yang sama dibandingkan pengiriman hari berikutnya, dan biaya yang lebih tinggi untuk pengiriman dalam waktu satu jam. Menjadikan bisnis pengataran ini dinilai bisa menguntungkan dan berkelanjutan.

Namun demikian, sebenarnya ada layanan lain yang tidak memiliki keterkaitan langsung dengan bisnis akomodasi dan perjalanan di superapp Traveloka, misalnya layanan investasi emas bekerja sama dengan Pegadaian. Menurut informasi di aplikasi, mereka akan segera melengkapi opsi produk investasi dengan instrumen lainnya.

Dibandingkan dengan kompetitor terdekatnya, misalnya Tiket.com dan Pegipegi, cara Traveloka membangun ekosistem layanan memang berbeda. Mereka tidak membatasi hanya pada layanan yang bersinggungan langsung dengan perjalanan dan penginapan. Lebih dari itu Traveloka mencoba menawarkan pengalaman gaya hidup yang lengkap dalam satu aplikasi. Para rivalnya masih tetap fokus untuk memperdalam layanan perjalanan dan akomodasi dengan berbagai fitur pendukungnya.

Application Information Will Show Up Here