Twitter Dikabarkan Akan Segera Hentikan Layanan #Music

Baru saja genap satu semester dari peluncuran pertama kalinya, layanan Twitter #Music dikabarkan akan segera mendekati ajalnya (dihentikan layanannya). Kabar yang mungkin kurang sedap didengar bagi penikmat musik di ranah digital ini dipicu oleh perkembangan dan penetrasinya yang dianggap lambat dan “mengecewakan” dari sejumlah pihak.

Mungkin masih segar di ingatan kita beberapa waktu lalu akan rasa optimis yang besar dari sejumlah netizen pecinta musik akan kehebatan layanan streaming musik yang dipadu dengan kekuatan jaringan media social Twitter yang sudah tak diragukan lagi. Dengan kekuatan jumlah pengguna yang tak sedikit, #Music sempat dianggap menjadi salah satu alternatif terbaik pengguna untuk mencari dan menemukan hal-hal baru yang berkaitan dengan musik.

Namun kenyataannya tidak seperti itu menurut laporan yang dirilis oleh situs AllThingsD beberapa waktu lalu. Laporan tersebut menyebutkan, layanan musik tersebut tak lama lagi akan segera dihentikan layanannya. Benarkah demikian?

Kabar tak sedap ini sebenarnya muncul di tengah-tengah perkembangan Twitter yang tengah berkonsentrasi mengembangkan layanan musiknya. Tetapi AllThingsD pada 19 Oktober kemarin mengatakan bahwa layanan ini akan semakin mendekati usia akhirnya karena pertumbuhannya yang cukup lambat serta berbagai kekurangan lainnya menurut informasi diperoleh dari narasumber yang mungkin berasal dari Twitter sendiri.

Mungkin hal ini terdengar seperti sebuah kabar hoax belaka, namun jika ditelisik lebih lanjut, kabar ini mungkin saja bisa menjadi kenyataan karena pasalnya sejumlah laporan serta peringkat yang diraih oleh #Music dari berbagai elemen dapat menjadi hal yang memunculkan kecurigaan akankah layanan ini akan benar-benar dihentikan oleh Twitter.

Hal pertama dapat dilihat ketika mundur kembali ke bulan April 2013 lalu. Di saat peluncuran awalnya, platform streaming music dari Twitter ini sempat “mendadak populer” dalam chart yang dikumpulkan oleh App Store dengan meraih peringkat ke-6 dalam ranking aplikasi gratis teratas versi Apple App Store.

Namun sangat disayangkan, pada bulan-bulan berikutnya #Music ternyata harus rela melorot jauh ke peringkat-peringkat bawah dan hingga kini tak termasuk dalam daftar aplikasi teratas pada chart tersebut. Berkaitan dengan hal tersebut, sebuah sumber mengatakan sejak gelombang awal dari peluncurannya, #Music terlihat tak meyakinkan akan mampu menembus pasar yang masif sehingga #Music kala itu telah sempat diramalkan tak akan bertahan lama.

Seakan “menambah penderitaan” dari penetrasi yang kurang memuaskan tersebut, perusahaan analisa aplikasi, Onavo, pada bulan Agustus kemarin menempatkan posisi yang cukup mengenaskan dengan menaruh #Music pada peringkat 1.672 dari iPhone market share di pasar Amerika Serikat.

Onavo dengan laporan Insight-nya tak sendirian. AppAnnie, yang juga dikenal merupakan salah satu lembaga analisis bagi sejumlah penetrasi aplikasi smartphone di seluruh dunia juga baru saja melaporkan hal yang sama terkait perolehan buruk dari #Music ini. Pada 19 Oktober kemarin, #Music hanya diberikan peringkat ke-264 dari jumlah unduhan di App Store yang dikumpulkan oleh AppAnnie.

Perolehan yang sama sekali tak diharapkan tersebut tentu menimbulkan pertanyaan besar mengapa hal ini dapat terjadi dan sepertinya dari pihak Twitter sendiri seperti tak memiliki solusi cepat terkait “gagalnya” platform musik yang didirikan oleh jejaring sosial yang berdiri pada 2006 silam.

Tak begitu jelas penyebab pastinya, namun dalam laporan situs berita AllThingsD mengungkapkan ada beberapa faktor yang berasal dari lingkungan Twitter sendiri. Digosipkan, konon tim pengembangan #Music yang dimotori oleh Kevin Thau dan dikembangkan oleh “We Are Hunted” sebuah perusahaan yang sengaja sempat diakuisisi oleh Twitter untuk mengembangkan #Music dikabarkan tak akur atau bisa dibilang tak terintegrasi secara penuh dengan seluruh tim Twitter demi mengembangkan produk yang mumpuni.

Hasilnya, tak lama setelah #Music diluncurkan, Kevin Thau meninggalkan Twitter untuk kemudian bergabung dengan Jelly sebagai chief of operations. Jelly sendiri adalah sebuah startup yang dibentuk oleh co-founder Twitter, Biz Stone. Sepeninggal Thau, #Music seperti produk makanan setengah matang yang kurang sedap untuk dikonsumsi.

Upaya Twitter dalam mempopulerkan #Music juga tidak sedikit. Twitter dilaporkan gemar menjalankan strategi cross-platform dengan menjalankan partnership dengan berbagai pihak yang berkaitan dengan ranah musik online seperti menjalin kerjasama dengan iTunes Radio dan juga dengan layanan streaming Rdio dengan menghadirkan “Twitter Music Playlist” pada situs tersebut.

Entah kabar ini nantinya akan berkembang seperti apa, namun yang jelas, jika benar, maka akan sangat disayangkan ketika sebuah jejaring sosial yang memiliki jutaan pengguna aktif  yang tentu banyak juga yang berasal dari kalangan musik harus berakhir di usianya yang masih seumur jagung.

Leave a Reply

Your email address will not be published.