Hendra Tjong

Upaya KlikDokter Memperkuat Posisinya di Pasar Healthtech Indonesia

KlikDokter menunjukkan geliat untuk kembali memperkuat posisinya di pasar healthtech Indonesia. Salah satunya ditandai dengan penunjukan Hendra Tjong sebagai CEO KlikDokter sejak September 2021. Sekadar informasi, Hendra sebelumnya dikenal sebagai Co-founder dan CEO KliknClean.

Dalam kesempatan wawancara dengan DailySocial.id, Hendra mengungkap beberapa gebrakan baru yang akan dilakukan oleh platform milik raksasa farmasi Kalbe Farma ini. Terlebih melihat kondisi bahwa pandemi Covid-19 mulai melandai di Indonesia.

Sekilas mengenai KlikDokter, awalnya berdiri di 2008 sebagai portal seputar informasi kesehatan. Pada 2016, mereka berupaya menjangkau pasar yang lebih luas dengan meluncurkan aplikasi mobile. Beberapa layanan yang ditawarkan adalah telekonsultasi dan pengiriman produk farmasi.

Bagaimana KlikDokter melihat fase pasca-pandemi dan apa saja rencananya tahun ini?

Langkah selanjutnya pasca-pandemi

Menurut prediksi WHO, fase akut pandemi Covid-19 di dunia bakal berakhir di 2022. Sementara, Satgas Covid-19 menyebut Indonesia sedang menuju fase transisi dari pandemi ke endemi. Lalu, apa artinya bagi platform healthtech apabila layanan yang berkaitan dengan Covid-19 mulai tak lagi relevan di masa depan?

Hendra mengakui bahwa pandemi memberikan kesempatan bagi mereka untuk mengedukasi layanan telekonsultasi kepada masyarakat. Platform healthtech juga mendapat sumber pemasukan baru dari tes Covid-19 (antigen dan PCR) dan pembelian obat/suplemen. Asal tahu saja, telekonsultasi merupakan layanan healthtech yang paling tinggi adopsinya di Indonesia.

Kendati begitu, ia tidak ingin platform healthtech hanya relevan bagi orang sakit. Justru layanan healthtech dapat ditingkatkan relevansinya lewat preventive care. Apalagi pandemi telah membuka mata bagi sebagian orang untuk berolahraga, makan bergizi, dan minum vitamin. “Kesehatan bukan cuma soal [menangani orang sakit] saja. Orang sehat justru lebih banyak,” ujarnya.

Di samping itu, ia menyoroti bahwa telekonsultasi dapat dieksplorasi lebih dalam untuk meningkatkan pengalaman penggunaannya. Saat ini, layanan telekonsultasi masih bersifat dasar. Komunikasi antara dokter dan pasien kebanyakan melalui live chat. Di masa depan, ia berharap telekonsultasi di Indonesia dapat menggunakan video call, BPJS dapat digunakan untuk mengkover biaya telekonsultasi, dan rekam medis dapat tersedia di aplikasi.

“Apabila hal tersebut bisa terealisasi, platform healthtech dapat membuat analisis bagi pasien, misalnya rekomendasi obat. Tapi tentu ini semua harus di-backup dengan data. Kami harap ada rekam medis berbasis elektronik juga nantinya,” tambahnya.

Modernisasi teknologi dan kolaborasi

Dari paparan di atas, Hendra mengungkap sejumlah rencana yang sedang disiapkan. Tak banyak yang dapat dibagikan, tetapi saat ini pihaknya tengah fokus melakukan modernisasi teknologi pada platform KlikDokter dan Hallobumil secara menyeluruh. Lewat modernisasi ini, pihaknya berupaya meningkatkan pengalaman penggunaan dan menghadirkan fitur baru kepada masyarakat.

“Kami akui platform kami kurang user-friendly. Makanya, saat ini kami sedang memperbaiki teknologi dan operasional KlikDokter dan Hallobumil, baik front-end maupun back-end. Kami juga sedang redevelop fitur untuk diagnosis dan preventive care. Kami ingin jangkau lebih luas pasarnya, dari yang muda sampai tua. Targetnya, kami relaunch aplikasi dengan tampilan baru pada Agustus ini,” ungkap Hendra.

KlikDokter awalnya berdiri sebagai portal informasi kesehatan di 2008

Adapun, ia menyebut mayoritas teknologi dikembangkan sendiri oleh KlikDokter. Di luar itu, pihaknya juga membuka ruang kolaborasi dengan mitra eksternal untuk memperluas jangkauan layanannya.

Beberapa di antaranya adalah kemitraan dengan marketplace Shopee yang baru saja diumumkan. Shopee akan berperan sebagai front-end channel layanan telekonsultasi dan pengiriman obat/suplemen dari apotek rekanan KlikDokter. Selain itu, KlikDokter juga sudah bekerja sama dengan platform asuransi We+ untuk layanan serupa. 

“Kami terbuka untuk [mencari] pendanaan eksternal. Sebetulnya, kami sedang fundraising tapi masih confidential. Kami tidak ingin hanya di bawah naungan Kalbe saja. Kami ingin punya lebih banyak partner, baik dalam maupun luar, yang cocok dengan visi-misi KlikDokter. Hopefully, ini dapat membuka akses ke ekosistem lain/baru di luar dari yang kami punya. Kami juga rencana ekspansi ke luar negeri,” ungkapnya.

Berdasarkan laporan keuangan Kalbe di 2021, KlikDokter telah menghubungkan pengguna ke 15.000 dokter terdaftar, 800 klinik dan rumah sakit, serta 2.000 apotek di seluruh Indonesia. Total kunjungan mencapai 10 juta per April 2022 mengacu peringkat di situs Similarweb.

Memanfaatkan aset milik Kalbe

Hendra menyebut bahwa saat ini mayoritas akses dan transaksi KlikDokter justru datang dari mobile browser. Itupun belum seluruhnya berpotensi memberikan pendapatan ke bisnisnya. Menurutnya, hal ini memperkuat anggapan bahwa belum banyak yang tahu keterlibatan KlikDokter dengan Kalbe.

Padahal, ujarnya, Kalbe memiliki pengalaman, data, dan ekosistem kuat di industri kesehatan Indonesia. Kalbe juga memiliki jangkauan distribusi produk yang luas yang mana dapat dimanfaatkan KlikDokter untuk mengakomodasi kebutuhan medis/obat di daerah.

Hal ini dinilai akan menjadi competitive advantage KlikDokter untuk bersaing dengan pemain sejenis di masa depan yang dinilai masih berpusat pada masyarakat di kota-kota besar. Saat ini, Kalbe punya 11 titik distribusi di Indonesia dan akan ditingkatkan menjadi 40 titik.

Sebagai informasi, KlikDokter melalui PT Medika Komunika Teknologi berada di bawah naungan PT Kalbe Farma Tbk (IDX: KLBF). Tadinya, KlikDokter merupakan perusahaan patungan (joint venture) yang didirikan oleh anak usaha Kalbe, PT Karsa Lintas Buwana (PT KLB) bersama PT Kreatif Media Karya (KMK), anak usaha konglomerasi media PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (IDX: EMTK). Namun, KMK melepas seluruh sahamnya ke KLB sehingga kini KlikDokter dimiliki sepenuhnya oleh Kalbe.

“Selain modernisasi teknologi dan operasional, strategi kami selanjutnya adalah memanfaatkan ekosistem Kalbe seoptimal mungkin agar dapat bersaing dengan kompetitor. Kami fokus menghadirkan layanan/produk di semua segmen, dari bayi sampai orang tua. Kami ingin menjadi perusahaan berbasis data yang dapat di-leverage di ekosistem kesehatan di Indonesia.” Tutupnya.

Application Information Will Show Up Here