[Vintagious] Frekuensi Darurat di Radio

Kolom Vintagious kali ini akan bercerita tentang contoh bagaimana pemerintah Amerika mengatur informasi siaran radio di masa perang dingin tahun 1950-an. Sebuah contoh menarik jika dihubungkan dengan kondisi informasi yang simpang siur di era media sosial sekarang. Penasaran? Simak artikel berikut ini. 

[Gambar]

Jaman media sosial begini, informasi hadir dari mana-mana. Sumbernya beraneka ragam, hingga akhirnya informasi membludak membanjiri isi kepala kita. Dan saat membutuhkan informasi yang benar, kita kesulitan memilah mana sumber resmi dan mana yang bukan. Kesimpangsiuran informasi ini membuat pihak penyedia layanan media sosial memberikan status verified kepada pemilik akun resmi, terutama akun berita resmi. Atau paling tidak, akun resmi menyertakan keterangan ‘OFFICIAL ACCOUNT’ di bio mereka untuk menjaga akuntabilitas dan jaminan akurasi informasi yang diberikan.

Radio Tahun 50-an dengan Frekuensi Darurat Sipil

Banjir informasi sudah ada dari sejak jaman radio transistor populer di tahun 50-an. Gosip atau berita tidak akurat bertebaran dari stasiun-stasiun radio secara live (langsung) dan disiarkan real time. Dan di saat ketegangan perang dingin antara Amerika dan Uni Sovyet berlangsung, kepanikan karena berita yang simpang siur berulang kali terjadi.

Penunjuk Frekuensi Radio dengan Segitiga Hitam dan Keterangan di Brosur

Solusi dari pemerintah Amerika saat itu adalah menciptakan CONELRAD (Control of Electromagnetic Radiation) System yang salah satunya untuk mengatur penyiaran informasi sipil saat darurat. Frekuensi 640kHz dan 1240kHz ini menyiarkan informasi resmi seputar pertahanan sipil, jaga-jaga jika terjadi serbuan misil nuklir dari pihak Uni Sovyet. Hanya bekerja jika memang kondisi darurat sipil terjadi. Dan semua radio transistor buatan Amerika tahun 50-an mencantumkan simbol CD (Civil Defense) berbentuk segitiga hitam di penunjuk frekuensi radio.

Di brosur radio transistor saat itu juga ditulis informasi tentang frekuensi pertahanan sipil ini “For official information during a civil defense emergency tune to 640 or 120 kilocycles on your AM radio dial.”

[Gambar]

Cara kerjanya adalah, pada saat status darurat berlaku semua frekuensi stasiun radio wajib dimatikan dan berhenti siaran. Selain menghindari kesimpangsiuran informasi, hal ini juga untuk membuat bingung pesawat atau misil musuh yang menggunakan navigasi arah dengan gelombang radio. Siaran radio yang masih menyala hanya di dua frekuensi darurat tadi.

[Gambar]

Setelah tahun 1963, tanda khusus di radio ini tidak lagi ditemukan. Sistem CONELRAD digantikan oleh EBS atau Emergency Broadcast System hingga kini.

Kembali ke masa hingar bingar media sosial sekarang, apakah kita sudah atau perlu memiliki strategi yang sama jika terjadi keadaan darurat, dengan mematikan semua akun media sosial dan hanya satu yang boleh bersiaran di Twitter atau Facebook? Sepertinya susah ya.

Catatan tambahan:

Profil Penulis:

Pinot W. Ichwandardi adalah seorang Graphic Designer. Pria asal Indonesia ini sejak 2007 tinggal di Kuwait bersama keluarganya. Dikenal juga sebagai pengoleksi gadget jadul, blog pribadinya bisa ditemukan di retrogizmo.blogspot.com, sedangkan Twitter di @pinot dan About.me/pinot.

 

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.