Visinema mengumumkan penunjukan mantan Country Manager Walt Disney Indonesia Herry Salim sebagai Presiden Grup perusahaan sekaligus CEO Visinema Studios. Secara bersamaan mereka juga mengumumkan penunjukan Aldi Haryopratomo sebagai komisaris. Penguatan jajaran manajemen ini dilakukan untuk perluasan bisnis perusahaan.
Didirikan sejak tahun 2008, Visinema saat ini menaungi sejumlah unit produksi yang terdiri dari Visinema Pictures, Visinema Content, dan Visinema Studios; kemudian layanan distribusi digital melalui Bioskop Online; serta pengembangan Intellectual Property (IP).
Sebelumnya melalui Visinema Studios mereka menelurkan sejumlah IP lokal, sebut saja dari seri animasi Nussa, serial Filosofi Kopi, film Keluarga Cemara, hingga seri film anak Domikado dan Jumbo. Herry akan banyak bertugas mengembangkan IP berikutnya, sembari mengeksplorasi potensi industri kreatif di Indonesia.
“Saya percaya potensi industri kreatif Indonesia bisa sebesar Korea atau Hollywood. Namun untuk merealisasikan potensi industri, tidak bisa hanya mengandalkan kreasi berkualitas saja, tapi harus dilengkapi manajemen yang kuat dan ekspansi lini usaha ke ranah IP,” ujar Founder & CEO Visinema Angga Dwimas Sasongko.
Ia melanjutkan, “Oleh karena itu, Visinema dengan bangga merangkul pemimpin dengan pengalaman industri hiburan dan pengembangan IP yaitu Herry Salim, dan juga Aldi Haryopratomo yang telah terbukti mampu membangun fondasi bagi perusahaan untuk berkembang pesat, seperti halnya di sektor teknologi.”
Potensi konten video dan film terus meningkat
Menurut data Media Partners Asia, investasi konten video dan film Indonesia meningkat 13% di tahun 2022 senilai $979juta, terbesar di Asia Tenggara. Di tengah geliat tersebut, satu tahun terakhir Visinema telah mencetak berbagai pencapaian.
Dari sisi produksi film, Visinema Pictures telah menghasilkan hits seperti “Mencuri Raden Saleh” yang telah ditonton lebih dari 2,3 juta penonton bioskop dan juga “Hari ini Akan kita Ceritakan Nanti” salah satu top-10 Netflix. Di ranah distribusi, Bioskop Online telah diakses oleh lebih dari 11 juta penonton dengan lebih dari 200 konten lokal dari 100+ pembuat film di 15+ provinsi Indonesia.
“Berdasarkan pengalaman saya di industri hiburan global, saya percaya Visinema memiliki potensi untuk jadi katalis perkembangan industri hiburan di Indonesia. Angga dan tim Visinema telah menguasai cara storytelling yang mengena di hati menonton Indonesia. Sekarang saatnya Visinema naik kelas tidak hanya dari sisi kreatif namun juga distribusi serta komersial. Ekspansi ini juga akan memaksimalkan potensi industri kreatif Indonesia agar bisa semakin mengglobal,” ungkap Herry
Aldi menambahkan, “Industri kreatif, termasuk film, memiliki dampak langsung ke sektor lain. Karena kesuksesan K-Drama, produk Korea dari makanan, kosmetik, fesyen hingga pariwisata digemari masyarakat seluruh dunia. Selain itu, IP yang dihasilkan oleh perfilman bisa menyebar luas tanpa distribusi fisik, sama halnya dengan teknologi. Saya yakin Visinema akan terus membawa cerita, budaya dan produk Indonesia mendunia.”
Di lini produksi konten, peluangnya memang sangat lebar di pasar Indonesia untuk menghasilkan berbagai seri dan film lokal. Sementara untuk platform distribusi, tampaknya Visinema harus bekerja ekstra agar bisa memenangkan pasar OTT yang masih sangat dinamis dan dipenuhi kompetisi.
Laporan MPA terbaru menyebutkan, pada H1 2023 Netflix, Prime Video, Viu, iflix, HBO Go, dan Vidio menjadi layanan streaming yang saat ini banyak dipakai masyarakat Indonesia.
Terlepas dari persaingan vertikal, sebenarnya industri ini juga tengah dihadapkan pada pergeseran cara orang mengonsumsi konten. Masih dari laporan yang sama disebutkan, fenomena TikTok membuat pertumbuhan pelanggan baru SVOD menurun secara yoy. Tercatat hanya sekitar 7 ribu pelanggan baru di paruh pertama tahun ini, turun dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar 3,7 juta pelanggan.
Untuk memaksimalkan bisnisnya, Visinema didukung oleh sejumlah pemodal ventura. Awal tahun 2020 lalu, mereka mengumumkan pendanaan seri A senilai $3,25 juta. Putaran ini dipimpin oleh Intudo Ventures, didukung investor sebelumnya yakni GDP Venture dan Ancora Capital. Di tahap awal, perusahaan telah mendapatkan investasi dari GDP senilai US$2 juta.