Web3 di Indonesia

Eksplorasi Potensi, Pasar, dan Manfaat Teknologi Web3 di Indonesia

Gelaran Nexticorn International Summit (NXC) 2022 akan segera berlangsung dalam waktu dekat di Nusa Dua, Bali. Masih berkenaan dengan Web3 sebagai tema besarnya, Chairman Nexticorn Rudiantara, Co-founder dan CTO WIR Group Senja Lazuardy, dan Head of Blockchain Solutions Metaverse Indonesia Aldi Raharja berdiskusi tentang potensi, manfaat, dan eksplorasi use case. 

Web3 dikatakan dapat memberikan peluang untuk berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia. Selengkapnya, berikut rangkuman sesi webinar Nexticorn International Summit 2022 bertajuk “The Rise of Web3 Startups and Initiatives”.

Potensi baru

Co-founder & CTO WIR Group Senja Lazuardy meyakini Web3 akan menjadi game changer yang akan mengubah cara manusia mengakses sebuah informasi. Sejalan dengan perkembangan teknologi imersif, seperti Metaverse. Dengan AR/VR, manusia juga dapat berkomunikasi dengan cara interaktif dan personalisasi diri dalam bentuk avatar di masa depan.

Web3 memiliki konsep terdesentralisasi, data dapat terdistribusi secara luas, tetapi tercatat dan terstruktur. “Kalau tidak mencoba [mengeksplorasi Web3], kita tidak akan bisa menilai apakah ini bermanfaat atau tidak. Teknologi itu dibuat untuk mempermudah kehidupan atau aktivitas sehari-hari,” ujarnya. 

Sementara menurut Head of Blockchain Solutions Metaverse Indonesia Aldi Raharja, ada beberapa potensi baru yang muncul dengan implementasi Web3. Ia mencontohkan, profesi arsitektur bisa saja tidak berlaku di dunia nyata, tetapi dapat diterapkan secara estetika keilmuan di Metaverse.

Selain itu, memang banyak prediksi sejumlah jenis pekerjaan akan hilang di masa depan seiring berkembangnya teknologi. Namun, teknologi-teknologi baru di era Web3 justru dapat memunculkan jenis pekerjaan baru.

“Jika bicara kemunculan internet cepat pertama kali, adopsi masal pasti akan mengalami resistansi. Itu selalu terjadi. Saya yakin kesiapan kita mengadopsi teknologi baru akan lebih cepat dengan perkembangan informasi saat ini,” ujarnya.

Saat ini, pelaku industri tengah mengeksplorasi use case yang tepat bagi pasar Indonesia. Tentu ini menjadi tantangan signifikan bagi pelaku industri mengingat belum banyak yang memahami fundamental Web3. Namun, saat ini use case paling besar dan dapat dimonetisasi dengan cepat di ranah Web3 adalah game.

Ownership menjadi kata kunci pada Web3 sehingga memungkinkan pengguna untuk memiliki, tidak hanya membaca sekadar informasi. Salah satunya melalui Blockchain. Teknologi ini juga memungkinkan transaksi dari orang ke orang karena tidak ada perantara,” ujarnya.

Blockchain juga mengurangi risiko kehilangan data karena konsepnya terdesentralisasi. Ada banyak use case yang dikembangkan di sejumlah sektor industri, seperti finance, insurance, hingga healthcare.

Mencetak startup Web3

Chairman Nexticorn Rudiantara menilai tren Web3 yang tengah berkembang saat ini menjadi momentum untuk mempersiapkan diri. Di samping itu, saat ini belum banyak perusahaan di Indonesia yang sudah melantai di bursa saham dan bergerak pada pengembangan teknologi imersif.

Melalui ajang Nexticorn, pihaknya berharap dapat menghubungkan startup berkualitas dengan para investor sehingga dapat mendorong valuasi dan mencetak generasi perusahaan Web3 selanjutnya.

“Kami selalu berkomunikasi dengan Venture Capital (VC) dan mereka menunjukkan minatnya terhadap Web3. Dengan Nexticorn ini, cita-cita kami adalah dapat memiliki 25 startup unicorn, salah satunya berbasis Web3 pada 2025. Kita butuh perusahaan seperti WIR karena pasar Indonesia masih sangat luas,” ungkapnya.

Di samping itu, sebagaimana disampaikan Presiden Jokowi dalam Pidato Kenegaraannya beberapa waktu lalu Indonesia perlu mencetak startup-startup unicorn baru untuk memastikan agar UMKM dapat menjadi bagian dari pertumbuhan ekonomi digital.

“Kita harus segera bersiap, apalagi Indonesia akan mengalami puncak demografi di 2032. Dalam sepuluh tahun ke depan, baik pelaku industri maupun pemerintah harus bergerak cepat. Jangan pernah meremehkan ekonomi digital yang memanfaatkan ICT, karena pertumbuhannya eksponensial, bukan linier,” ujarnya.

Berdasarkan laporan Google, Temasek, dan Bain & Company, nilai ekonomi digital di Indonesia pada 2021 mencapai $70 miliar dan termasuk tertinggi di kawasan Asia Tenggara. Nilai ini diproyeksi menembus angka $146 miliar pada 2025.